Rabu 07 May 2014 13:03 WIB

Belajar dari Suasana Batin: Ketika Ditimpa Musibah (1)

Musibah erupsi gunung berapi di Indonesia (ilustrasi).
Foto: Antara/Irsan Mulyadi
Musibah erupsi gunung berapi di Indonesia (ilustrasi).

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Musibah adalah surat cinta Tuhan untuk hamba-Nya.

Suasana batin bagi setiap orang cenderung sama saat mengalami lima peristiwa. Pertama, ketika seseorang sedang ditimpa musibah atau kekecewaan. Kedua, ketika seseorang sedang mempunyai hajat besar.

Ketiga, ketika seseorang baru saja melakukan dosa besar. Keempat,  ketika seseorang sedang di dalam keadaan normal dan kelima, ketika seseorang sudah mencapai maqam spiritual lebih tinggi.

Dalam Alquran, musibah dapat dibedakan dengan azab dan bala. Musibah adalah ujian yang harus dilewati seorang hamba dan berfungsi sebagai proses pembelajaran agar kehidupan masa depan dapat dijalani dengan lebih baik.

Musibah tidak hanya menimpa para pendosa, tetapi juga orang-orang yang saleh. Berbeda dengan azab, yaitu siksaan yang hanya diperuntukkan kepada mereka yang durhaka, seperti azab yang pernah ditimpakan umat-umat terdahulu.

Azab tidak menimpa orang yang saleh, seperti banjir Nuh yang hanya menenggelamkan umat Nabi Nuh AS yang durhaka, sedangkan dirinya bersama pengikut setianya selamat.

Demikian pula umat Nabi Shaleh AS, ia bersama umat setianya selamat dari wabah epidemi yang menimpa kaumnya. Termasuk, kakek Nabi Muhammad SAW, Abdul Muthalib, selamat dari keganasan thair ababil yang memorakporandakan pasukan Abrahah.

Sedangkan, bala hampir sama dengan musibah, hanya skalanya lebih personal dan berhubungan dengan human error atau terkait erat dengan hukum sebab-akibat. Misalnya, karena kecerobohan dan kelengahan maka seseorang mengalami kecelakaan.

Musibah di sini dapat dicontohkan dengan salah seorang anggota keluarga tercinta kita meninggal dunia, dokter memvonis kita menderita penyakit akut, atau mendapatkan fitnah keji dari orang lain, atau mengalami kekecewaan berat.

Misalnya, gagal promosi, gugur dalam seleksi, dijauhi teman, dan semacamnya. Kondisi batin seperti ini pasti sangat menyakitkan dan membuat orang menjadi putus asa serta kehilangan optimisme dan harapan hidup. Bahkan, kondisi seperti ini sering kali membuat seseorang berfikir atau melakukan solusi jalan pintas.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement