REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER -- Petani di Kabupaten Jember, Jawa Timur, mengaku rugi akibat harga cabai merah besar anjlok pada musim panen raya dan banyaknya pasokan cabai yang masuk ke sejumlah pasar tradisional di kabupaten setempat.
"Harga cabai merah besar hanya Rp 5 ribu per kilogram, padahal sebelumnya bisa mencapai Rp 15 ribu per kilogram," kata salah seorang petani cabai di Kecamatan Sumbersari, Mudhori di Jember, Sabtu (10/5).
Menurut dia, banyak petani yang mengalami kerugian jutaan hingga puluhan juta rupiah karena hasil panen cabai tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan mulai pembibitan, pemeliharaan hingga pemetikan masa panen. "Besar kecilnya kerugian tergantung lahan yang dimiliki oleh petani, namun harga cabai memang sulit dikendalikan karena masih ada permainan dari para tengkulak," tuturnya.
Selain melimpahnya pasokan cabai saat panen, kata dia, anjloknya harga cabai juga disebabkan kebijakan pemerintah yang memperbolehkan masuknya cabai dan sayuran impor ke Indonesia, sehingga hal tersebut semakin memperparah anjloknya harga cabai. "Saya berharap pemerintah menghentikan impor cabai, sayuran, dan buah-buahan dari luar negeri, agar harga komoditi holtikultura di dalam negeri tetap satabil," ujarnya.
Pada masa panen saat ini, lanjut dia, banyak petani merugi hingga menyebabkan sebagian petani cabai beralih menanam tanaman lain yang lebih menguntungkan seperti tomat dan jagung karena mereka tidak mau merugi terus. "Ada yang masih tetap menanam cabai, namun ada juga yang beralih menanam tanaman lainnya," ujarnya.
Hal senada juga disampaikan oleh hafid, petani cabai lainnya di Kecamatan Mayang yang mengaku merugi pada saat panen hingga jutaan rupiah karena harga cabai terus anjlok di pasaran. "Setelah panen cabai ini, saya akan menanam jagung yang lebih menguntungkan dan tidak terlalu banyak biaya untuk perawatan tanaman palawija itu," katanya.