REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Demokrat bermanuver menjelang pendaftaran calon presiden (capres) pada 18 Mei mendatang. Secara mendakan, nama Sri Sultan Hamengkubuwono X dimunculkan untuk diwacanakan agar maju sebagai capres. Adapun, pemenang konvensi Demokrat bisa menjadi cawapres.
Wakil Sekjen Demokrat Ramadhan Pohan mengatakan, sesuai hasil survei internal ketika nama Sultan dibuka ke publik, responnya sangat bagus. Karena itu, ia mengharap, koalisi antara Partai Golkar dan Demokrat terwujud.
"Tidak ada yang membantah. Sosoknya berintegritas, tokoh reformasi, dan tidak ada catatan buruk untuk Sri Sultan," kata Ramadhan dalam diskusi 'Menimbang Konvensi dan Arah Koalisi Partai Demokrat' di Jakarta, Kamis (15/5).
Dia mengatakan, Sultan bukan berada dalam posisi meminta untuk dicalonkan. Melainkan, gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bersedia kalau diusung parpol. Pertimbangan faktor sosoknya diterima luas masyarakat Indonesia juga layak dipertimbangkan untuk dimajukan.
Pun dengan posisi Sultan yang tidak dalam posisi merengek-rengek untuk mendapatkan kekuasaan menunjukkan integritasnya yang tinggi. Atas dasar itu, Ramadhan mendukung Sultan untuk dipasangkan dengan pemenang konvensi Demokrat.
Bisa Gita Wijawan, Anies Baswedan, atau Dino Pati Jalal yang juga memiliki kemampuan mumpuni di bidangnya. "Ini penting dan memberikan dorongan moral bagi seluruh rakyat Indonesia. Apalagi, dipasangkan dengan Gita," katanya.
Pengamat politik Dimas Oky Nugroho menilai, Demokrat tidak dalam posisi diuntungkan dalam koalisi kali ini. Kalau tidak tepat dalam mengusung capres, ia menyebut, partai bentukan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu bakal menerima hasil pahit. Karena itu, ia menyarankan kalau koalisi dengan Golkar tidak terbentuk maka lebih baik merapat ke Prabowo Subianto.