REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Khawatir, itulah sikap umat Islam India terkait kemenangan Partai Barathiya Janata (BJP) dalam pemilihan umum. Umat Islam punya alasan kuat soal kekhawatiran itu.
Maklum saja, BJP yang dipimpin oleh Narendra Modi, kerap menekan Muslim. "Kami tahu sejarah masa lalu Modi. Kami berharap ia akan bersikap adil tanpa membeda-bedakan," harap Zahir Qazi, presiden Anjuman-I-Islam, seperti dilansir onislam.net, Ahad (18/5).
Saat ini, posisi umat Islam memang terpojok. Kerusuhan yang memakan korban di kalangan Muslim justru dibiarkan. Pemerintahan yang sebelumnya, seolah diam saja soal ini. Belum lagi, masalah tekanan yang dilakukan komunitas Sikh. Semakin menderitalah umat Islam.
"Assam yang dikuasai Kongres pun tak menjadi jaminan adanya keamanan. Apalagi BJP yang kini berkuasa di pusat. Situasi bisa menjadi buruk, " ucap Ahmed Zeeshan, warga Guwahati, Assam.
Maulvi Shams, ulama di Uttar Pradesh mengatakan Modi merupakan pihak di balik ketegangan di Assam. Ia sudah menyebarkan situasi tidak harmonis di seluruh India. "Dia seorang yang ingin menjalankan agenda pribadinya. Ada perbedaan antara kata dan perbuatan," kata dia.
Sebagai contoh saja, banyak minoritas Muslim India yang mendapatkan beasiswa dari Kementerian Urusan Minoritas. Penguasa baru bisa jadi menghentikan beasiswa itu.
"Kami percaya ia menyiapkan skema untuk umat Islam. Bila ini diganggu, termasuk subsidi haji dan pinjaman lunak, akan mengangga kesenjangan kelompok mayoritas dan minoritas," ucap salah seorang pejabat Muslim di Kementerian tersebut.