REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Ketua DPC PDIP Kota Solo, Hadi Rudyatmo secara berani menolak wacana pengusungan Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PDIP, Puan Maharani, sebagai cawapres mendampingi Jokowi di Pilpres 9 Juli 2014.
"Saya menolak jika Mbak Puan jadi cawapres. Kami menyayangkan pembisik-pembisik Mbak Puan di DPP," kata Rudy, panggilan akrab Hadi Rudyatmo menanggapi wacana pengusungan Puan dari internal PDIP.
Rudy menegaskan, dari sisi etika berpolitik menjadi kurang pas jika pasangan capres–cawapres diusung dari partai yang sama. Padahal, jumlah perolehan suara PDIP di Pileg lalu, hanya 18 persen.
"Pak Jokowi capres PDI Perjuangan, maka cawapres tidak boleh dari PDI Perjuangan pula. Harusnya, dari partai lain atau calon dari luar PDI Perjuangan. Yang penting, anggota partai koalisi menyetujui''.
Rudy malah berpesan, agar Puan lebih konsentrasi memimpin partai saja. "Tidak usahlah, beliau jadi cawapres. Jadi, ketua DPP saja cukup," saran wali kota Solo itu.
Sikap reaksioner Rudy atas keputusan penolakan DPC PDI Perjuangan Solo atas wacana pengusungan Puan Maharani sebagai Cawapres, sudah dipertimbangkan risikonya. Dia mengaku siap diberi sanksi atas sikap penolakan tersebut. "Saya siap disanksi,'' katanya.