REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Ujicoba penerapan kontrasepsi pada kanguru guna mengendalikan populasi binatang khas Australia mulai menampakkan hasil. Namun sayang, biaya ujicoba ini dinilai masih sangat mahal yakni berkisar antara 500 sampai 2.000 dolar setiap ekornya. Apalagi jika dibandingkan dengan pengurangan jumlah populasi kanguru dengan cara pemusnahan.
Pemerintah Negara Bagian Ibu Kota Canberra (ACT) selama ini melakukan pengendalikan populasi kanguru dengan cara pemusnahan setiap tahun. Praktik ini dikecam kalangan aktivis penyayang binatang yang menyebutnya sebagai tindakan keji.
Karena itu, pemerintah ACT kemudian melakukan ujicoba penerapan metode kontrasepsi pada 500 ekor kanguru di taman satwa Gungaderra di daerah Gungahlin di luar Kota Canberra. Namun menurut Dr Don Fletcher dari Direktorat Pembangunan Berkelanjutan dan Lingkungan mengatakan biaya metode kontrasepsi jauh lebih mahal dibandingkan dengan pemusnahan.
Biaya penangkapan untuk seekor kanguru yang akan diberikan kontrasepsi berkisar antara 500 hingga 2.000 dollar, sementara biaya pemusnahan hanya 300 dollar per ekor.
Dr Fletcher sebelumnya telah melakukan ujicoba metode kontrasepsi pada kanguru dengan menggunakan vaksin Gonacon sejak tahun 2008 bersama Dr Lyn Hinds dari lembaga penelitian CSIRO.
Dr Hinds menjelaskan, harga vaksin tersebut hanya 15 sampai 20 dollar, namun bagaimana menggunakannya pada seekor kanguru di lapangan masih sangat mahal.
Ia mengatakan, meskipun mahal, namun metode kontrasepsi pada kanguru terbukti berhasil mengendalikan populasi pada kelompok binatang ini di taman satwa tersebut.
Sementara itu Dr Graeme Coulson dari Universitas Melbourne juga melakukan ujicoba serupa di Negara Bagian Victoria. Vaksin yang digunakan adalah Deslorelin dan Levonorgestrel.
Ia mengatakan, ujicoba yang dilakukannya akan mengurangi populasi kanguru sampai 20 persen hingga enam tahun ke depan.