REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Sejumlah mahasiswa Universitas Nasional (Unas) lakukan demo untuk mengusut tuntas tragedi atas meninggalnya salah satu mahasiswa Unas, Maftuh Fauzi.
"Sampai sekarang belum ada titik terang terkait meninggalnya senior Fauzi. Pihak kampus juga menganggap seakan-akan tidak pernah ada tragedi ini," kata humas demostran, Putra Negara, Jumat (23/5) malam.
Putra mengatakan, perbedaan antara tragedi Unas dan Trisaki yaitu kampus Trisakti mengakui adanya mahasiswanya yang meninggal. Dia mengatakan, tak hanya demo yang dilakukan, tapi juga ada diskusi-diskusi, pameran seni dari sejumlah mahasiswa Unas pada Jumat siang, sayangnya pihak kampus juga terkesan tidak mendukung.
Sebelumnya diketahui pada 23 Mei 2008, sejumlah mahasiswa Unas turun kejalan bersama mahasiswa lainnya untuk menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Aksi tersebut dimulai pukul 21.00 WIB dan berakhir pada 24 Mei 2008 pukul 06.00 WIB. Sayangnya ketika orasi yang dilakukan mahasiswa Unas sudah teredam. Pihak kepolisian, dikatakan Putra, terang-terangan masuk ke dalam kampus dan menyerang sejumlah mahasiswa.
"Padahal peraturannya, polisi tidak boleh memasuki kampus atau lembaga pendidikan," lanjut Putra.
Putra melanjutkan, saat itu, polisi tak hanya melakukan kekerasan terhadap mahasiswa, mereka juga menahan 150 orang dan tak memperlakukannya dengan hormat. Naas, saat penahanan, satu orang bernama Maftuh Fauzi meninggal dunia akibat pukulan benda keras di kepala yang menyebabkan pembekuan darah.
"Tapi ada yang mengatakan almarhum meninggal karena HIV, sedangkan dokter yang memeriksa menyatakan ada pembekuan darah di kepala korban," ujar Putra.
Dikatakan Putra, bahkan Komnas HAM pun mengakui adanya pelanggaran berat dari penyerangan terhadap kampus Unas. Dan harus ada yang bertanggung jawab atas meninggalnya Maftuh Fauzi. "Jumat malam ini, merupakan refleksi dari tragedi pada 2008, kita ingin mengingatkan mahasiswa bahwa masih ada tragedi yang belum terselesaikan," katanya.
Putra mengatakan, polisi sudah memberikan ganti rugi terhadap kampus atas kerusakan saat aparat menyerang kampus. Tapi yang diinginkan mahasiswa, bukan hanya pertanggungjawaban seperti itu. Mahasiswa ingin pertanggungjawaban moral tentang siapa yang sebenarnya yang bertanggungjawab atas meninggalnya Maftuh Fauzi.
Aksi demo yang dilakukan mahasiswa Unas, dimulai pukul 20.00 WIB dan berakhir pukul 23.30 WIB di depan kampus yang beralamat di Jalan Sawo Manila, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Sebanyak 50 mahasiswa memblokir jalan di depan Unas untuk menyuarakan keinginan pengusutan tuntas meninggalnya senior mereka. Tak terlihat satupun petugas kepolisian yang memantau aksi demo tersebut.
"Walaupun ada bakar-bakar ban, tapi kami damai," ujar Putra.