REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA -- Muhammadiyah melalui Majelis Tarjih dan Tajdid sedang menyusun kitab
SAMARINDA -- Muhammadiyah melalui Majelis Tarjih dan Tajdid sedang menyusun kitab tafsir Alquran at-Tanwir sebagai produk tafsir Muhammadiyah.
Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah, Yunahar Ilyas mengatakan tafsir at-Tanwir disusun sebagai amanah Muktamar satu abad di Yogyakarta tahun 2010.
Terhitung karya tafsir Alquran berbahasa Indonesia masih sedikit dan rata-rata karya perorangan. Seperti tafsir al-Azhar karya Buya Hamka, al-Misbah karya Quraish Shihab dan tafsir Kementerian Agama.
"Kita tafsir kelembagaan Muhammadiyah," ujar Yunahar di sela-sela Tanwir Muhammadiyah, Samarinda, Ahad (25/5).
Yunahar melanjutkan, sesuai namanya tafsir at-Tanwir, isinya akan berbeda dari kitab-kitab tafsir yang ada. Penjelasan yang diberikan juga tidak akan mengulang apa yang sudah ditulis para mufasir balik klasik maupun modern. "Harus mencerahkan seperti tema besar Muhammadiyah," tutur Yunahar.
Tim penyusun sendiri terdiri dari 25 orang ahli tafsir dan ahli di bidang-bidang khusus. Tim ini terdiri dari beberapa anggota Majelis Tarjih dan penguruh daerah yang memiliki kapasitas. Metode penyusunannya, terang Yunahar, dibagi per tema. Satu orang musfasir memegang satu tema.
Setelah ditulis kemudian dipanelkan di tim 25 kemudian diperbaiki penulis jika ada masukan. "Alquran itu kan bisa dibagi jadi beberapa tema," terang Yunahar. Setelah diperbaiki kemudian diserahkan ke tim editing.
Yunahar mengakui fase yang cukup berat saat draf memasuki fase editing. Di fase ini tulisan-tulisan dari masing-masing mufasir disinkronkan dari segi panjang dan gaya bahasa. "Ada yang menulis panjang ada yang ringkas. Di fase ini yang paling lama." Sejak dimulai tahun lalu, pembahasan baru sampai di surah Ali Imran. "Meskipun yang sudah dipanelkan baru selesai al-Baqarah."
Yunahar mengaku pengerjaan karya tafsir ini agak lambat karena proses editing yang memakan waktu. Dia memperkirakan jika tak ada hambatan dalam penulisan, tafsir at-Tanwir baru akan selesai enam tahun ke depan. "Kemungkinan kita cetak per juz."
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin menambahkan tafsir at-Tanwir adalah karya monumental Muhammadiyah memasuki abad kedua.Muhammadiyah merasa penting memiliki kitab tafsir karena sebagai gerakan keagamaan memerlukan sebuah rujukan. "Ini program jangka panjang, memang pengerjaannya agak lambat," terangnya.
Tafsir at-Tanwir sendiri bagi Din, akan melengkapi khazanah tafsir klasik yang panjang dalam mengurai ayat maupun tafsir penjelasan singkat yang banyak muncul saat ini. "Ini nanti tengahan lah. Ada nilai pesan etika dari ayat yang bisa diamalkan umat Islam."
Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah, Yunahar Ilyas mengatakan tafsir at-Tanwir disusun sebagai amanah Muktamar satu abad di Yogyakarta tahun 2010.
Terhitung karya tafsir Alquran berbahasa Indonesia masih sedikit dan rata-rata karya perorangan. Seperti tafsir al-Azhar karya Buya Hamka, al-Misbah karya Quraish Shihab dan tafsir Kementerian Agama.
"Kita tafsir kelembagaan Muhammadiyah," ujar Yunahar di sela-sela Tanwir Muhammadiyah, Samarinda, Ahad (25/5).
Yunahar melanjutkan, sesuai namanya tafsir at-Tanwir, isinya akan berbeda dari kitab-kitab tafsir yang ada. Penjelasan yang diberikan juga tidak akan mengulang apa yang sudah ditulis para mufasir balik klasik maupun modern. "Harus mencerahkan seperti tema besar Muhammadiyah," tutur Yunahar.
Tim penyusun sendiri terdiri dari 25 orang ahli tafsir dan ahli di bidang-bidang khusus. Tim ini terdiri dari beberapa anggota Majelis Tarjih dan penguruh daerah yang memiliki kapasitas. Metode penyusunannya, terang Yunahar, dibagi per tema. Satu orang musfasir memegang satu tema.
Setelah ditulis kemudian dipanelkan di tim 25 kemudian diperbaiki penulis jika ada masukan. "Alquran itu kan bisa dibagi jadi beberapa tema," terang Yunahar. Setelah diperbaiki kemudian diserahkan ke tim editing.
Yunahar mengakui fase yang cukup berat saat draf memasuki fase editing. Di fase ini tulisan-tulisan dari masing-masing mufasir disinkronkan dari segi panjang dan gaya bahasa. "Ada yang menulis panjang ada yang ringkas. Di fase ini yang paling lama." Sejak dimulai tahun lalu, pembahasan baru sampai di surah Ali Imran. "Meskipun yang sudah dipanelkan baru selesai al-Baqarah."
Yunahar mengaku pengerjaan karya tafsir ini agak lambat karena proses editing yang memakan waktu. Dia memperkirakan jika tak ada hambatan dalam penulisan, tafsir at-Tanwir baru akan selesai enam tahun ke depan. "Kemungkinan kita cetak per juz."
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin menambahkan tafsir at-Tanwir adalah karya monumental Muhammadiyah memasuki abad kedua.Muhammadiyah merasa penting memiliki kitab tafsir karena sebagai gerakan keagamaan memerlukan sebuah rujukan. "Ini program jangka panjang, memang pengerjaannya agak lambat," terangnya.
Tafsir at-Tanwir sendiri bagi Din, akan melengkapi khazanah tafsir klasik yang panjang dalam mengurai ayat maupun tafsir penjelasan singkat yang banyak muncul saat ini. "Ini nanti tengahan lah. Ada nilai pesan etika dari ayat yang bisa diamalkan umat Islam."