REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO– Abdel Fattah el-Sisi telah mendeklarasikan diri menjadi pemenang dalam pemilu presiden Mesir dengan meraih suara mayoritas. Mantan kepala militer Mesir yang telah menggulingkan presiden yang terpilih secara demokrasi pertama kali, Mohammed Mursi, ini meraih suara sebanyak 96.91 persen pada pekan lalu.
Usai perhitungan suara, Sisi mendesak warga Mesir untuk berupaya mengembalikan stabilitas negara serta mencapai kebebasan dan keadilan sosial. “Saya ingin usaha anda dilanjutkan. Anda melakukan apa yang seharusnya anda lakukan dan sekarang saatnya bekerja,” katanya setelah hasil pemilu diumumkan, seperti dilaporkan oleh Aljazeera.
Dalam pemilu ini, jumlah pemilih tercatat hanya sebanyak 47 persen, lebih rendah dari yang Sisi harapkan, yang sebanyak 74 persen. Selain itu, meskipun pemungutan suara telah diperpanjang menjadi tiga hari, pesaing Sisi, Hamdeen Sabahi, hanya meraih suara sebanyak 3.09 persen.
Ia pun berjanji untuk mengembalikan stabilitas negara, memperbaiki perekonomian, mengurangi kemiskinan, serta mencegah krisis politik yang semakin memburuk setelah tiga tahun negara tersebut kisruh. Selain itu, Sisi juga berjanji akan mengembalikan keamanan di negara.
Sisi sebelumnya menyatakan untuk menerapkan demokrasi secara nyata membutuhkan waktu 25 tahun. Ia pun juga membicarakan banyaknya kebebasan yang kemudian menyebabkan kekacauan. Sisi akan disumpah dan dilantik pada Minggu di Pengadilan Mahkamah Agung Mesir.
Tak lama setelah pengumuman hasil final pemilu, Raja Arab Saudi, Abdullah pun menyebut hari itu sebagai hari bersejarah serta menyerukan para pendukungnya untuk membantu negara Mesir.
“Kepada para saudara dan teman Mesir, saya meminta semua untuk membantu mengatasi krisis ekonomi,” katanya. Arab Saudi, UAE, serta Kuwait, telah berjanji kepada pemerintahan sementara Mesir untuk memberikan bantuan finansial sebesar 12 milyar dolar sejak Mursi terguling.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Inggris, William Hague, memberi selamat kepada Sisi dan menyatakan siap bekerja sama dengan pemerintahan barunya. Meskipun begitu, ia mendesak Sisi untuk membuka ruang politik, khususnya yang berhubungan dengan ekpresi kebebasan.
“Kami percaya cara terbaik bagi warga Mesir untuk meraih tujuannya pada revolusi 25 Januari 2011 lalu adalah melalui proses politik dimana semua kelompok ikut berpartisipasi,” katanya.
Sementara itu, para aktivis sekuler dan liberal, termasuk pergerakan pemuda pada 6 April pada revolusi 2011 yang menggulingkan Hosni Mubarak, telah memboikot pemilu sebagai aksi protes atas pembatasan HAM.