Ahad 08 Jun 2014 14:51 WIB

Putus Mata Rantai Pornografi (1)

Stop pornografi, ilustrasi
Foto: yigidrip.wordpress.com
Stop pornografi, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Amri Amrullah

Presiden terpilih nanti harus ada agenda khusus perangi pornografi.

Terungkapnya kasus kekerasan dan pelecehan seksual oleh oknum yang tak bertanggung jawab terhadap anak di bawah umur, menyadarkan masyarakat betapa besarnya dampak pornografi yang beredar bebas di dunia maya.

Walaupun pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) terus memblokir akses konten porno, namun kecanduan pornografi pada remaja dan generasi muda tetap membekas dan cenderung sulit dihilangkan.

Ketua Umum Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Andriyana melihat besarnya dampak pornografi merusak perilaku seksual remaja dan anak muda di Indonesia.

Menurut dia, Indonesia membayar mahal dampak liarnya peredaran pornografi. Munculnya beberapa kasus pelecehan seksual terhadap anak oleh pelaku dari kalangan remaja, menurut dia, merupakan contoh mulai rusaknya tatanan moral dan etika generasi muda saat ini.

Sarjana Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Bandung ini memandang, ketika akses pornografi saat ini semakin dibatasi oleh pemerintah, dampak kecanduan pornografi tersebut muncul dalam bentuk pornoaksi.

Remaja yang telah kecanduan pornografi melampiaskan hasrat seksual mereka kepada korban yang tidak berdaya, anak-anak di bawah umur. Parahnya ini didukung tayangan televisi yang menghilangkan etika lawan jenis yang menjadi karakter budaya ketimuran dan ajaran agama.

Karenanya, Andriyana menilai perlu langkah mendesak gerakan rekayasa sosial di masyarakat, yakni dengan mengaktifkan generasi muda dalam setiap komunitas kreatif di masyarakat.

Ini menurut dia, dilandasi oleh sikap sosial di masyarakat yang cukup memprihatinkan. Jalan lain adalah perlu dibentuk lingkungan kreatif dalam suatu komunitas yang menciptakan kembali tata pergaulan dan etika.

Menurut dia, rekayasa sosial ini perlu diupayakan, walaupun tidak mudah tapi ini bisa jadi solusi jangka pendek yang paling realistis.

Untuk mendorong remaja aktif dalam komunitas kreatif tersebut, menurut dia, harus tetap didukung peran lingkungan terdekat baik keluarga, masyarakat sekitar, maupun lembaga pendidikan formal.

Ia yakin remaja yang sudah kecanduan pornografi dapat diobati, antara lain, dengan keterlibatan mereka di komunitas-komunitas kreatif yang diciptakan baik oleh lingkungan keluarga, masyarakat sekitar, ataupun lembaga pendidikan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement