REPUBLIKA.CO.ID, SIERRA LEONE -- Angka kematian karena virus Ebola di kota Sierra Leone, Afrika Barat meningkat dua kali lipat dalam satu pekan terakhir, Senin (9/6).
Dikutip dari BBC, kementerian kesehatan menyatakan setidaknya 12 orang meninggal karena virus mematikan tersebut. Jumlahnya terus meningkat sejak enam minggu lalu. Kematian banyak dikonfirmasi di wilayah timur yang berbatasan dengan Guinea.
Wilayah tersebut merupakan pusat wabah Ebola dimana sekitar 200 orang meninggal pada tahun ini. Guinea adalah wilayah dengan infeksi terparah dengan 328 kasus. 193 orang dilaporkan positif terinfeksi dan 208 orang meninggal.
Hingga saat ini belum ada obat atau pun vaksin untuk membunuh salah satu virus paling mematikan di dunia tersebut. Organisasi Kesehatan Dunia dan Medecins Sans Frontieres mengatakan resiko kematian bisa turun dengan bantuan medis.
Namun, masyarakat masih menolak untuk pergi ke rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya. Mereka lebih memilih pergi ke dukun sebagai gantinya. Hal ini menyebabkan identifikasi penyakit sangat terlambat dan berujung kematian.
Ebolabisa membunuh hingga 90 persen dari mereka yang terinfeksi. Penyakit ini ditularkan melalui kontak cairan dengan orang atau hewan yang terinfeksi seperti melalui urin, keringat dan darah.
Afrika barat pertama kali melaporkan kematian pertama akibat virus Ebola dua pekan lalu. Direktur pencegahan dan pengendalian penyakit Kementerian kesehatan Sierra Leone, Amara Jambai mengumumkan pada Senin, kematian tersebut terjadi di distrik Kailahun.
Sekarang, ada 42 kasus yang dikonfirmasi dari 133 orang terduga terinfeksi Ebola. Kasus tersebut tercatat di distrik utara Kambia. Jambai mengatakan penyakit tersebut telah menyebar meskipun pemerintah setempat berusaha mengontrol penyebaran masyarakat.