REPUBLIKA.CO.ID, KUTAI BARAT – Bermula pada Agustus 1991, ketika Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Kalimantan Timur menugaskan Ustaz Arief Heri Setyawan untuk menjadi dai pembangunan di Kecamatan Barong Tongkok, Kabupaten Kutai.
Kini kabupaten ini menjadi Kutai Barat, akibat pemekaran wilayah. Saat mengawali tugasnya, Arief bertempat tinggal di asrama tua Angkatan Darat yang dibangun sekitar 1950-an.
Asrama ini dulunya merupakan markas TNI dalam peristiwa Dwikora (ganyang Malaysia). Kondisi asrama itu bisa disebut jauh dari kata layak. Dindingnya tak utuh lagi, dan bocor di sana-sini. “Walau begitu, alhamdulillah saya bersyukur. Inilah yang memotivasi semangat dalam menjalankan tugas dakwah,” kisah Arief.
Ia pun memulai dakwah dengan keliling kampung, menyampaikan tentang Islam dari pintu ke pintu rumah warga. Arief baru pulang ke asrama tentara sore hari, sambil membawa anak-anak yang mau dididik dan dibina dengan ajaran Islam. Hal itu berlangsung lebih dari satu tahun.
Tak dinyana, di tengah-tengah ramainya santri yang mengaji di sore hari, Arief didatangi salah seorang pejabat Komando Rayon Militer (Koramil) setempat. Memasuki ruang shalat tanpa melepas sepatunya, sang komandan langsung mengultimatum Arief untuk pindah dari asrama.
Tak mau berulah dan berkonfrontasi dengan pejabat militer, Arief mematuhi perintah tersebut. Ia kemudian menuturkan peristiwa itu kepada sejumlah warga yang menitipkan anak mereka di asrama. “Justru pengusiran itu berbuah hikmah,” tuturnya. “Banyak warga yang kemudian rela mewakafkan tanah untuk dijadikan pesantren.”
Setelah melalui berbagai pertimbangan, tanah di Arya Kemuning pun dipilih sebagai lokasi pesantren. Tanah wakaf yang masih berupa rawa itu dibersihkan warga secara gotong-royong. Dalam sepekan, bangunan sederhana dari kayu dan papan beratap daun nipah berukuran 8 x 8 meter persegi tegak berdiri.
Bangunan dibagi menjadi asrama dan mushala. Pondok Pesantren Assalam Arya Kemuning, demikian nama resmi yang disematkan pada pesantren. Di situlah Arief dengan intens membina para santri dan tetap melakukan dakwah keliling kampung.