Oleh: Nidia Zuraya/Syahruddin El-Fikri
Sebagai seorang ilmuwan, Arkoun juga menduduki jabatan penting, seperti menjadi direktur ilmiah dari majalah studi Islam yang terkenal, Arabica, dan anggota Panitia Nasional Prancis untuk Etika Ilmu Pengetahuan dan Kedokteran, serta anggota Majelis Nasional untuk AIDS.
Pada 1993, Arkoun diangkat menjadi guru besar tamu di Universitas Amsterdam, Belanda.
Antidogmatisme
Yang menonjol pada sikap intelektualisme Arkoun adalah penolakannya terhadap segala bentuk dogmatisme. Dalam kerangka ini, ia menolak segala bentuk penggunaan agama sebagai ideologi politik yang mengharamkan kritik.
Ia sangat menentang penggunaan agama untuk membenarkan rezim yang mapan dan untuk memaksakan perubahan tertentu.
Menurut Arkoun, umat manusia umumnya serta umat Islam khususnya cenderung terpecah menjadi kelompok. Masing-masing kelompok berpegang teguh pada doktrin sendiri serta menutup diri bagi kelompok lain.
Dalam petualangan ilmiahnya, Arkoun telah banyak menyumbangkan karya ilmiahnya, yang kebanyakan ditulis dalam bahasa Prancis. Karena Arkoun baru secara intensif belajar bahasa Arab setelah duduk di sekolah menengah atas, maka sulit baginya untuk memaparkan pemikirannya dalam bahasa Arab.
Ia juga mengatakan kesulitan lain yang dihadapinya. Kemajuan yang paling menentukan yang terjadi dalam pemikiran ilmiah sejak 1950-an belum tersedia dalam bahasa Arab atau bahasa negara Islam manapun. Itulah sebabnya Arkoun lebih memilih bahasa Prancis dalam memaparkan pikirannya dibanding bahasa Arab yang merupakan bahasa ibunya.
Di antara karya tulis Arkoun tersebut adalah L'humanisme Arabe au IV/Xe Siecle (Humanisme Arab Abad IV/X), Essais sur la Pensee Islamique (Esai-Esai tentang Pemikiran Islam), La Pensee Arabe (Dunia Pemikiran Arab), Lectures de Coran (Telaah tentang Alquran), dan Pour une Critique de la Raison Islamique (Untuk sebuah Kritikan Akal dan Pemikiran Islam).