Kamis 12 Jun 2014 16:11 WIB

Mohammed Arkoun: Tokoh Muslim Kontemporer (3)

Mohammed Arkoun.
Foto: Tempsreel.nouvelobs.com
Mohammed Arkoun.

Oleh: Nidia Zuraya/Syahruddin El-Fikri

Dari karya ilmiahnya tampak betapa besar perhatian Arkoun terhadap berbagai persoalan dalam Islam, di antaranya mengenai pemikiran Islam, masalah kemasyarakatan, pemahaman tentang Kitab Suci, pengertian etika, serta kaitan antara Islam dan modernitas.

Dalam studinya, Arkoun menggunakan metode ilmu sosial untuk memahami Islam sebagai suatu agama yang dianut oleh masyarakat majemuk di zaman modern.

Ia melihat bahwa pemikiran Islam belum membuka diri pada kemodernan pemikiran dan karena itu tidak dapat menjawab tantangan yang dihadapi umat Islam kontemporer.

Kelemahan pemikiran Islam selama ini, menurut Arkoun, adalah pendekatan agama yang dilakukan atas dasar kepercayaan langsung tanpa kritik. Di samping itu, pemikiran Islam tidak sadar akan berbagai faktor sosial, budaya, psikis, politis, dan lain-lain yang mempengaruhi proses aktualisasi ajaran Islam.

Akibat langsung yang dapat dirasakan atas sikap ketidaksadaran pemikiran Islam selama ini terhadap pengaruh faktor-faktor di atas adalah pembekuan dan penutupan pemikiran Islam.

Islamologi terapan

Dalam menghadapi pemikiran kaum orientalis, Arkoun mengatakan, mereka sering kali bertolak dari prasangka kaku dan negatif terhadap Islam.

Kesalahan kaum orientalis selama ini dalam mempelajari Islam adalah karena mendekati Islam melalui tulisan pemikir Islam yang mereka anggap besar dan mewakili aspirasi umat Islam.

Oleh sebab itu, Arkoun ingin mengganti Islamologi Barat yang klasik dengan suatu ''Islamologi terapan''.

Pembahasan mendalam atas ide Arkoun tentang ''Islamologi terapan'' tertuang dalam bukunya, //Pour Une Islamologie Appliquee (Untuk Islamologi Terapan).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement