REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengelolaan air di DKI Jakarta dinilai masih menyisahkan permasalahan. Pasalnya, masih banyak masalah di lapangna terkait distribusi air bersih terhadap masyarakat. Akibatnya, masyarakat pun dirugikan.
Sularsi dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), mengatakan, sampai saat ini masyarakat belum merasakan pelayanan terhadap air bersih secara optimal. Sehingga, kata Sularsi, YLKI menemukan banyak keluhan dari masyarakat tentang pelayanan air bersih.
Sularsi memaparkan beberapa masalah pengelolaan air di DKI Jakarta antara lain, secara kuantitas pada air yaitu rendahnya debit pasokan air. "Secara kualitas terjadi degradasi mutu,” ujar Sularsi, Selasa (17/6) kepada RoL, seusai acara Ijtima Ulama Majlis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi DKI Jakarta tentang Pengelolaan Air Bersih dan Berkualitas di wilayaha DKI Jakarta, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Lebih lanjut, Sularsi menambahkan, rendahnya layanan terbatas dengan sebaran tidak merata juga menjadi permasalahan di lapangan. Kemudian, kata Sularsi, hanya sekitar 36 persen yang menerima pasokan air bersih dari pipa.
Tingginya kebocoran pipa, menurut Sularsi, juga ditemukan oleh YLKI di lapangan. Di samping itu, tingginya tarif sering dikeluhkan oleh masyarakat.
Permasalahan tersebut, Sularsi memandang pengelola air harus memperhatikan aspek keberimbangan. Artinya, kata Sularsi, jika harus menaikkan tarif maka harus juga diperhatikan aspek kualitas pelayanannya.“Dalam hal ini yang paling tanggung jawab adalah pengelolal air,” katanya.