REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) menargetkan pertumbuhan pembiayaan sebesar 200 juta dolar AS selama 2014 sehingga total pembiayaan hingga akhir 2014 ditargetkan mencapai 400 juta dolar AS.
"Kenaikannya hampir 100 persen dibanding sebelumnya, karena kita baru saja (berdiri), maka angka patokannya memang juga baru," kata Presiden Direktir IIF Sukatmo Padmosukarso usai konferensi pers penyaluran pembiayaan infrastuktur dari sejumlah bank asing di Jakarta, Kamis (19/6).
Dia mengatakan permintaan kredit meningkat besar pada 2013, namun dia mengaku lembaga swasta memberikan kredit pembiayaan infrastuktur, masih terbatas. "Terutama untuk sponsor-sponsor proyek di infrastuktur, mereka tidak mempunyai modal yang cukup," katanya.
Sukatmo mengatakan pihaknya bisa mengupayakan pembiayaan hingga 25 persen dari biaya keselurhan proyek suatu persuahaan, kalau pun tidak cukup pihaknya akan menerbitkan obligasi. Untuk saat ini, dia menyebutkan cadangan dana pembiayaan masih tersisa 400 juta dolar AS dengan rincian 167 juta dolar AS (Rp 2 triliun) dari International Finance Corporation, PT Sarana Multi Infrastuktur (SMI), SMBC dan DEG 100 juta dolar AS "subsidary loan" dari Bank Dunia dan Asian Development Bank sebesar 100 juta dolar AS.
Pinjaman tersebut, lanjut dia, tenornya bisa mencapai 25 tahun, jadi bisa membiayai sektor-sektor swasta dalam pembangunan infrastuktur. "Sehingga jangka panjang 25 tahun bisa memberikan term (tenor) yang lebih baik," katanya.
Sukatmo mengatakan hingga saat ini porsi pembiayaan paling besar, yakni pembangunan infrastuktur untuk telekomunikasi, sebesar 20 persen selain jalan tol, PLTA, PLTU, bandara, pelabuhan, pipa gas dan minyak.