REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Jumlah warga asal Indonesia yang menetap di Australia secara resmi tercatat sebanyak 63.159 orang. Jumlah tersebut artinya sekitar 0,3 persen dari keseluruhan penduduk Australia yang benjumlah 21 juta jiwa.
Menurut statistik resmi Australia tahun 2011, angka ini menunjukkan peningkatan hampir 24 persen dari tahun 2006. Jumlah warga asal Indonesia di tahun 2006 adalah 50 ribu orang. Jumlah ini adalah mereka yang benar-benar menetap di Australia, tidak termasuk jumlah mahasiswa yang jumlahnya mencapai belasan ribu orang.
Data ini terungkap dari laporan terbaru yang dikeluarkan oleh pemerintah Australia berjudul The People of Australia, yang membeberkan hasil sensus yang dilakukan di tahun 2011, dengan membandingkan sensus sebelumnya di tahun 2006. Meningkatnya migran asal Indonesia sejalan dengan meningkatnya migran asal Asia lainnya, seperti China, dan India yang merupakan jumlah migran terbesar yang datang ke Australia dalam beberapa tahun terakhir.
Sekarang jumlah penduduk Australia yang sebelumnya lahir di China dan India menduduki peringkat keempat dan kelima secara keseluruhan setelah Inggris, Australia dan Selandia Baru.
Kepada ABC, Direktur Institut Asia Universitas Melbourne, Prof Kee Pookong mengatakan bahwa tingginnya kenaikan migran dari Asia ke Australia sekarang ini menggantikan pola sebelumnya dimana dulunya para migran ke Australia kebanyakan berasal dari Eropa seperti Inggris, Italia, Yunani, dan negara-negara di Balkan.
"Saya kira ada dua alasan. Pertama komposisi penduduk di Asia, khususnya di India, Indonesia dan China saat ini masih muda, sehingga banyak di antara mereka ingin tinggal di negara maju seperti Australia," paparnya, baru-baru ini.
"Yang kedua, dalam beberapa tahun terakhir, fokus kebijakan migrasi Australia berubah dengan menargetkan migran yang memiliki ketrampilan tinggi guna mengisi berbagai lowongan di Australia. Sekarang ini ada banyak warga di India dan China yang memiliki ketrampilan yang dibutuhkan Australia tersebut." katanya Prof Kee Pookong.
Dari segi jenis kelamin, data statistik menunjukkan bahwa jumlah migran wanita yang dari Asia ke Australia dalam beberapa tahun terakhir lebih tinggi dari pria. Menurut Prof Kee Pookong, fenomena ini hampir merata terjadi di kalangan migran Asia, tidak sekedar dari Hongkong dan China saja.
"Di negara Asia lainnya khususnya dari Filipina dan Vietnam, ini tampak jelas lebih banyak wanita yang pindah. Seperti juga dari China di tahun 1980-an dan 1990-an, bagi wanita untuk bisa meningkatkan kehidupan mereka, atau pindah ke luar negeri, banyak diantara mereka memilih menikah dengan warga asing, termasuk dari Australia atau menikah dengan pria yang memiliki pendidikan lebih tinggi di negara seperti Singapura," kata Kee Pookong.
Sensus ini juga mengungkap berbagai data rinci misalnya mengenai dimana para migran cenderung untuk menetap. Porsi jumlah penduduk yang lahir di luar Australia tertinggi adalah di Auburn di Sydney dimaan 56,9 penduduk di sana lahir di luar negeri, disusul Dandenong (Melbourne) dimana 56,1 persen warganya berasal dari tempat lain di luar Australia.
Dari sisi jumlah penganut agama, mereka yang mengaku beragama Islam 2,2 persen, dengan jumlah penduduk beragama Kristen 61,1 persen, Budha 2,5 persen, Hindu 1,3 persen, dan Yahudi 0,5 persen.
Jumlah mereka mengaku tidak memiliki agama berjumlah 22,3 persen dari keseluruhan penduduk Australia.
Dalam pengantarnya bagi penerbitan laporan terbaru tersebut, Menteri Imigrasi Australia Scott Morrison mengatakan bahwa sensus ini menunjukkan bahwa Australia adalah negara modern, plural dari berbagai imigran di seluruh dunia dan siapa saja di dunia ini boleh datang ke Australia guna ikut menulis sejarah Australia.
"Laporan ini juga akan membantu pemerintah dan badan lainnya guna melayani lebih baik semua penduduk Australia dari berbagai latar belakang budaya, terasuk layanan dalam bahasa Inggris," kata Morrison.