REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Setamat SMA enam tahun lalu, Heru Murdianto (26) menjadi tukang ojek di bilangan Manggarai, Jakarta Selatan.
Namun, anak kedua dari tiga bersaudara Lisup bin Sayuti (alm) dan Parinah binti Arjo Pertomo (almh) tidak mau menjadi tukang ojek seumur hidup. Ia ingin mengubah nasib.
Maka sejak tiga tahun lalu, lelaki kelahiran Jakarta 22 September 1987 itu meneruskan pendidikan ke bangku kuliah. Harapannya, setamat kuliah bisa menjadi guru agama. Sehingga dapat memperbaiki ekonomi keluarga sekaligus membimbing orang ke jalan yang benar. Sejak kuliah pula, Heru menerima les privat mengaji.
Sejak kuliah, seakan tidak ada waktu untuk bersantai bagi mahasiswa yang kini duduk di semester enam Universitas Islam At-Tahiriah Jakarta. Subuh sebelum berangkat kuliah atau sore sepulang kuliah, dirinya sudah menarik gas motor mencari penumpang.
Disamping itu, warga Jalan Manggarai Utara II RT 09/04 No 12 Kecamatan Tebet Kelurahan Manggarai juga menerima les privat dari rumah ke rumah untuk mengajar mengaji keliling kampung.
Namun, penghasilan total perbulan dari les dan ojek tetap saja di bawah satu juta rupiah. Uang itu, tentu saja habis untuk biaya makan sehari-hari, bensin dan juga fotokopi berbagai keperluan kuliah.
Ia sudah berupaya menghemat pengeluaran sebisa mungkin, sehingga dari kerja keras selama ini baru dapat melunasi biaya kuliah hingga semester empat. Sedangkan biaya semester lima dan enam masih menunggak.
Untuk mengurangi beban yang ditanggungnya, melalui program Indonesia Belajar (IB) Badan Wakaf Alquran (BWA) menggalang dana dari kaum Muslimin untuk gotong-royong melunasi tunggakan uang kuliahnya sehingga Heru dapat terus kuliah untuk menggapai cita-citanya. Dan pahala dari Allah SWT mengalir untuk kita semua.