Jumat 04 Jul 2014 23:23 WIB

Australia Dituntut Akui Peran Prajurit Pribumi

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Pemerintah Australia didesak memberikan pengakuan yang lebih terhadap kontribusi militer yang dilakukan prajurit baik laki-laki maupun perempuan Aborigin dan Torres Strait Islander.

Veteran Royal Australian Navy cadangan yang bertugas Vietnam, Gary Oakley  yang telah menghabiskan enam tahun mengungkap kisah-kisah militer  yang dilakukan oleh prajurit militer pribumi dan juga personil cadangannya.

Gary Oakley merupakan seorang kurator dan petugas penghubung ribumi di  Museum Perang Australia. "Kita bahkan tidak bisa menyebutkan siapa prajurit militer pribumi yang ada disisi kami, yang tewas dalam tugas dan kami tidak tahu, "katanya, baru-baru ini.

 

Padahal dari hasil penelusuran yang dilakukannya berhasil diidentifikasi ada lebih dari 7.000 prajurit  pribumi Aborigin dan Torres Strait Islander dan wanita pada periode 1860-an.

 

Penelitian ini juga mencatat jasa perwira tertinggi pribumi yang dikenal dari Perang Dunia I, Letnan John Alfred Hearps.

Oakley menggambarkan keberadaan prajurit pribumi itu sebagai bagian rahasia dari sejarah Australia.

"UU Pertahanan 1903 pada dasarnya menyatakan warga pribumi tidak diharuskan untuk melayani, kami dapat digunakan dalam kapasitas tambahan. Terserah kepada petugas medis untuk membuat keputusan, "katanya.

Upaya para prajurit pibumi ini sering kali tidak diakui dan tidak dihargai, dan ada sekarang muncul dorongan untuk memperbaiki catatan tersebut.

 

Pemerintah Federal menginvestasikan $ 400,000 untuk menyelidiki dan mendokumentasikan sejarah tersembunyi ini. sebuah tim investigasi prajurit negara yang bertugas juga telah dibentuk dan dikepalai oleh Professor Mick Dodson dari Universitas Nasional Australia.

"Saya tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan para prajurit pribumi yang telah pergi jauh berjuang untuk negaranya dan kebebasan mereka sendiri, lalu setelah kembali mereka ternyata diperlakukan seperti sekarang ini,” katanya.

Proyek 4 tahun itu dimulai Maret

Proyek ini termasuk merekam alasan mengapa warga pribumi aborigin dan Torres Strait Islander bersedia menjadi prajurit, dan pengalaman mereka baik ketika bertugas maupun setelah mereka kembali dari medan perang.

"Ini memang sedikit terlambat, tapi bagusnya adalah kita masih bisa menunjukan seluruh prajurit pribumi dan perempuan yang sekarang bisa mengungkapkan cerita mereka,”kata Oakley.

"Ini hal yang sangat memalukan sebenarnya, karena jasa-jasa mereka baru disadari katakanlah ..10 tahun belakangan. Dan mereka baru diminta menceritakan kiprahnya,” tambahnya.

Pemerintah Australia juga tengah berencana mendorong keterlibatan lebih banyak warga pribumi dengan meningkatkan skala perekrutan personil pertahanan Australia dan Torres Strait Islanders.

Di Angkatan Udara sendiri hal itu dipelopori oleh unit berbasis di Canberra yang baru terbentuk, yang dipimpin oleh Kapten Grup Lisa Jackson Pulver

.

Wanita asal Koori itu merupakan generasi ketiga dalam keluarganya yang bertugas di Angkatan Udara Australia.

"Sejak kecil saya banyak mendengar perkataan, “kamu tidak bisa jadi dokter, kamu orang Koori,” saya ingin hambatan seperti itu dihilangkan. Karena kesempatan itu selalu ada,” tuturnya.

"Kita harus menghentikan orang yang menghalangi kita untuk mencapai cita-cita dan tekad kita," tegasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement