Rabu 09 Jul 2014 20:42 WIB

Tarif Listrik Naik, Rumah Berenergi Alternatif Mulai Digemari

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, NEW SOUTH WALES -- Di saat tarif listrik naik dan teknologi energi alternatif berkembang pesat, mulai banyak orang memutuskan untuk hidup di luar keramaian dan tanpa jaringan listrik konvensional.

Doone dan istrinya membangun rumah mereka dengan konsep hemat energi dan rendah limbah lingkungan.
Doone Wyborn, pensiunan ilmuwan dan pengusaha, beserta istrinya, Carol, adalah dua di antara sekelompok orang yang menggunakan energi alternatif di kediaman mereka.

Mereka membeli tanah seluas 320 hektare di pedesaan New South Wales bagian utara, hampir 10 tahun yang lalu, dan berencana mengubahnya menjadi komunitas pedesaan yang mandiri secara energi. Rumah mereka, secara mandiri, telah menggunakan panel matahari sebesar 3.45 kilowatt dan memiliki cukup air yang berasal dari pegunungan sekitar.

Mereka hanya satu-satunya pasangan yang hidup di area ini, namun visi mereka ke depan adalah mengubah tempat tersebut menjadi desa ramah lingkungan yang mandiri.

Jika orang-orang memutuskan untuk hidup di desa, maka sebaiknya mereka membangun rumah berenergi mandiri di tanah mereka sendiri.

Jaringan lampu penerangan jalan bertenaga solar atau matahari, seperti ini, akan mengarahkan orang ke ruas jalan pedesaan.
“Jika ada sesuatu yang tak kami punya di rumah ini, saya ingin kami memproduksinya sendiri, mencari alternatif atau sekalian hidup tanpa itu sama sekali,” ujar Doone, belum lama ini.

Ia adalah ahli di bidang ilmu dan bisnis energi alternatif, menyelesaikan pendidikan doktoral di bidang energi panas bumi, dan terlibat dalam pendirian perusahaan pelopor energi panas bumi.

Jajaran panel solar di area rumahnya memproduksi listrik 25% lebih banyak, karena panel ini menangkap pergerakan matahari di langit.

Barisan panel solar bertenaga 3.45 kilowatt menyediakan pasokan listrik ke seluruh area rumah Doone.
Suatu saat nanti, keluarga Doone ingin memiliki komunitas perdesaan yang menanam berbagai jenis hasil panen dan mampu berproduksi dalam skala besar. Namun pada tahap ini, produksi ladang hanya cukup untuk konsumsi pribadi.

Sekitar 80 hektar areal tempat tinggal Doone masih belum rapi dan cocok untuk menanam benih serta mengembalakan ternak. Sementara 240 hektar lainnya masih berupa hutan eukaliptus dan hutan hujan.

Doone mengutarakan, sebagian tanahnya, sejauh ini, telah disewa dan ada ketertarikan dari orang lain yang ingin hidup tanpa jaringan listrik.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement