REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Serangkaian uji coba rudal, roket dan altileri jarak dekat yang dilakukan Korea utara belakangan ini membuat Korea Selatan resah. Korsel pun memperingatkan tetangganya itu bahwa apa yang mereka lakukan sebagai permainan berbahaya dan mereka mengancam bakal melakukan balasan.
Dalam insiden terbaru Senin (14/7), Korut menembakkan 100 peluru ke laut dari peluncur-peluncur roket dalam satu pelatihan menggunakan peluru tajam dekat perbatasan maritim timur. "Sejumlah turis sipil di pantai timur bahkan melihat air memercik setelah peluru-peluru jatuh di laut itu, yang akan sangat mengancam negara kami," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel Kim Min-Seok.
Korut secara reguler menembakkan rudal-rudal dan roket-roket, tetapi frekuensi dari uji-uji coba belum lama ini -- enam kali kurang dari tiga pekan-- tidak biasa dilakukan. Mereka termasuk peluru-peluru artileri, roket jarak pendek dan rudal-rudal Scud dengan jangkauan jelajah 500 kilometer -- semuanya ditembakkan ke Laut Jepang (laut Timur) dari berbagai lokasi. Sebagian besar telah dipantau langsung oleh pemimpin Korut Kim Jong-Un.
Kim Min-Seok menegaskan bahwa satu pecahan rudal berisiko memicu satu konfrontasi serius."Kami akan membalas tanpa belas kasihan jika Korut menembakkan lagi rudal-rudal atau peluru ke dalam perbatasan Korsel."
Resolusi-resolusi PBB melarang Korut melakukan peluncuran yang menggunakan teknologi rudal balistik. Namun tanggapan soal uji coba baru-baru ini baru sebatas lisan dari Seoul, Tokyo dan Washington.
Pengamat menilai motif dibalik uji coba itu kemungkinan terkait kunjungan Presden Tiongok Xi Jinping ke Korsel baru-baru ini. Korut juga diduga marah pada pelatihan militer gabungan yang dilakukan Amerika Serikat-Korsel.