REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Menlu Amerika Serikat (AS) John Kerry menyayangkan sikap India yang menolak menandatangani kesepakatan perdagangan global Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Kerry menyebut India telah mengirimkan sinyal keliru atas sikap kerasnya itu dan mendesak India memperbaiki kericuhan ini sesegera mungkin.
Kerry berada di New Delhi dalam rangka dialog strategis tahunan dengan India. Dialog ini bertujuan untuk mempererat hubungan kedua negara, baik ekonomi, politik, maupun keamanan.
"Kegagalan penandatanganan Kesepakatan Fasilitas Perdagangan WTO sungguh membingungkan dan merusak citra PM Modi," kata Kerry usai bertemu dengan PM India, Jumat (1/8).
AS menjadi salah pendorong utama terciptanya perdagangan internasional yang lebih terbuka dan bebas. AS pun berharap India untuk mempertimbangkan ulang sikap penolakan mereka yang berdampak pada deadlocknya realisasi perdagangan bebas.
Sejumlah negara anggota WTO menyatakan frustrasinya setelah India menuntut diperbolehkannya aturan persedian makanan. Tuntutan ini mendorong jatuhnya pakta reformasi perdagangan global yang sejak Putaran Uruguay 13 tahun lalu selalu menemui jalan buntu.
Kebuntuan Putaran Uruguay menyebabkan makin tidak berwibawanya lembaga perdagangan global yang dibentuk pada 1995 ini. Masing-masing anggota akhirnya sibuk membangun hubungan dagang bilateral, kawasan, dan dua-tiga negara.
Pertemuan Bali pada Desember 2013 memberikan angin segar dan optimisme akan terealisasinya perdagangan dunia tanpa hambatan. Para anggota WTO menyepakati reformasi prosedur bea masuk perdagangan global yang dikenal sebagai "kesepakatan kemudahan perdagangan".
Harapan terwujudnya perdagangan bebas muncul lagi setelah Paket Bali diterima 160 anggota WTO yang kemudian digagalkan sikap India. Wibawa WTO pun dipertaruhkan atas kegagalan persetujuan prosedur bea masuk perdagangan global ini.