REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi politik, Hizbut Tahrir (HT) menyayangkan munculnya tagar (hashtag) #prayforpapua di jejaring sosial Twitter yang intinya menyatakan tidak perlu mengurusi rumah tetangga yaitu Gaza Palestina, melainkan urusi Papua terlebih dahulu. Pernyataan yang juga dinilai HT provokatif seperti 'Palestina Kau Bela, Papua Kau Lupa' terus dilontarkan seolah mempertentangkan antara Gaza dan Papua.
Women Section for South East Asia Central Media Office Hizbut Tahrir Fika Komara mengatakan, sikap seperti ini bukanlah sikap mulia sekaligus menandakan bahwa itu bukan berasal dari umat Islam. Ini karena umat Islam adalah satu tubuh, ketika ada tubuh yang terluka maka bagian lain pun akan merasakan perihnya luka tersebut.
“Suara minor yang provokatif ini sama sekali tidak berdasar karena faktanya umat Islam selalu berada di garis depan bersuara untuk Papua. Bahkan, dakwah Islam berkembang dengan pesat disana membentengi umat dari separatisme dan memberikan penyadaran akan bahaya penjajahan asing di bumi Papua,” katanya kepada ROL, Ahad (3/8).
Dia menjelaskan, Nabi Muhammad SAW mewariskan ikatan persaudaraan Islam di antara umat Islam yang tidak ada bandingannya. Ikatan ini, kata dia, lebih kuat dari ikatan kebangsaan bahkan ikatan darah sekalipun sehingga dakwah Rasulullah dianggap sebagai sihir oleh kaum kafir Qurais. Ikatan Islam ini juga yang membuat Muslim Rohingya, Pattani dan Suriah menyatakan simpatinya terhadap Muslim Gaza meski mereka juga menderita.
“Bahkan, Muslim di Gaza yang tengah dibombardir rudal masih sempat menyatakan simpatinya terhadap tragedi pesawat Malaysia MH 17 yang juga menimpa sebagian umat Islam,” katanya.
Artinya, kata dia, penderitaan dan penindasan yang dirasakan umat justru semakin menguatkan kebangkitan Islam. Baik di Suriah, Gaza, Afrika Tengah, Myanmar, Xinjiang ataupun Papua telah mengguncang setiap dada Muslim yang beriman. Dia menambahkan bahwa apapun yang terjadi di Timur, semua umat Islam di Barat peduli tentang hal itu. Begitu juga peristiwa di Barat, maka seluruh umat Islam di Timur dipastikan akan bereaksi.
“Ikatan Ukhuwah Islam telah membuat umat Islam yang terserak menjelma menjadi umat yang satu, memiliki detak jantung yang satu, derap langkah yang satu, dan suara global yang satu,” ujarnya.
Pihaknya juga berdoa kepada Allah SWT agar umat Islam terlindung dari paham separatisme, sektarianisme bahkan nasionalisme yang menjadi senjata kuno beracun Barat untuk memecah belah kekuatan umat Islam. Ini termasuk isu Papua dan gerakan separatisnya yang selama ini telah ditunggangi oleh pihak asing untuk memisahkan diri dari wilayah Indonesia.