REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Militer Israel memiliki doktrin menghancurkan pemukiman sipil untuk menghabisi musuh yang ada di dalamnya. Dengan strategi bumi hangus tersebut, Israel mampu meminimalisir korban dari tentara IDF.
Lewat situs berbagi artikel, truthout, analis kebijakan publik asal Amerika Serikat, Steven Benadives menyebut doktrin tersebut yakni Doktrin Dahiya. Doktrin ini dimulai saat Perang Libanon pada 2006. Ketika itu, Komandan Utara IDF Gadi Eisinkot yang saat ini menjabat sebagai deputi kepala lDF dengan pangkat mayor jenderal, mengusulkan adanya strategi militer untuk menghancurkan seluruh populasi ketimbang untuk bertempur satu lawan satu.
Doktrin tersebut bertujuan untuk mencegah korban dari IDF sementara meletakkan semua tanggung jawab kepada seluruh populasi atas aksi yang dilakukan oleh sebagian militan.
Cara tersebut dikenal revolusioner pada masa perang modern. Doktrin tersebut tidak memisahkan antara warga sipil dengan militan. Militer Israel pun melakukan serangan udara untuk menghancurkan markas Libanon di Dahiya.
Strategi tersebut juga mengarahkan targetnya kepada warga sipil dan infrastruktur sipil. Dengan serangan tersebut, akan tercipta adanya tekanan untuk semua populasi yang dijadikan target.
Dengan tidak membedakan target sipil dengan militan, maka IDF mengharapkan jika serangan kepada Israel akan berkurang. IDF menerapkan strategi tersebut sejak 2008. Ketika penyerbuan ke Gaza yang berlangsung sampai sekarang, IDF pun tampak masih menggunakan doktrin Dahiya.
Hingga kini, sudah lebih dari 1.800 warga Palestina tewas akibat serangan Israel yang rata-rata merupakan anak-anak, perempuan dan lansia. Tak hanya itu, Israel juga menargetkan infrastruktur sipil seperti masjid, sekolah dan rumah sakit.