Jumat 08 Aug 2014 16:35 WIB

Zaitun Humaira, Mengabdi di Timur Indonesia (2-habis)

Bagi Humaira, bertugas di Papua merupakan suatu pengabdian bagi negeri dan agamanya.
Foto: Twitter.com
Bagi Humaira, bertugas di Papua merupakan suatu pengabdian bagi negeri dan agamanya.

Oleh: Hannan Putra

Jilbab dan profesi dokter di Papua

Setelah hampir enam bulan pengabdiannya di Papua, Muslimah yang akrab disapa Ira ini mengaku, masyarakat papua sama sekali tidak mempersoalkan hijabnya. Kendati warga setempat kebanyakan non-Muslim, wanita berhijab ini diterima dengan sangat baik.

"Bahkan, sejak saya di pesawat yang akan membawa saya ke Papua, saya sudah disambut baik warga Papua yang bertemu di pesawat. Masyarakat di tempat saya bekerja juga sangat menghargai saya sebagai seorang Muslimah dan tidak ada kendala apa pun sehubungan dengan hijab yang saya kenakan," tuturnya.

Menurut Ira, hijab merupakan sebuah penghormatan yang diberikan Allah bagi wanita. "Hijab bukan sebuah pilihan, sehingga harus menanti kesiapan. Hijab juga bukan tanda kesempurnaan, sehingga harus bebas dari dosa dulu baru berhijab. Hijab adalah sebuah kewajiban seperti halnya shalat. Wajib hukumnya, sehingga kata tidak siap tidak bisa menggugurkan kewajiban berhijab," papar dokter muda ini ketika ditanya pandangannya soal hijab.

"Bagi saya yang berprofesi sebagai dokter, hijab memberi nilai plus di mana profesi saya selalu menghubungkan saya dengan segala macam penyakit, kuman, dan segala yang tidak sehat. Namun, dengan hijab membuat saya terlidungi secara tidak langsung karena terfilter oleh pakaian saya yang panjang dan tertutup," tambahnya.

Ia kembali menegaskan, tidak ada seorang pasien pun yang ia tangani di Papua merasa risih dengan hijab yang ia kenakan. "Saya tidak terganggu sama sekali ketika bekerja sambil memakai hijab," tegasnya.

Selain bertugas di RSUD Wamena, Ira masih menyibukkan dirinya bersama teman-teman seprofesinya di Organisasi Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI). Ia yang tergabung dalam relawan BSMI ini kerap mengadakan acara bakti sosial dengan menggelar pelayanan kesehatan gratis kepada masyarakat papua.

"Program kita di BSMI yang sudah berjalan, seperti pembagian mushaf Alquran bagi para mualaf. Di samping itu, juga ada pembinaan terhadap remaja berupa pelatihan tentang ilmu kesehatan. Tak jarang, di sela-sela kesibukan kita juga mengagendakan bakti sosial bagi para mualaf," paparnya.

Warga pribumi Papua yang mualaf kebanyakan berasal dari kaum dhuafa. Penuturan Ira, mereka sangat kesulitan untuk mendapatkan mushaf dan buku-buku Islam untuk menunjang khazanah keilmuan mereka.

Ira pun mengimbau bagi mereka yang memperoleh kelebihan rezeki agar mau memerhatikan saudara-saudara Muslim lainnya yang kesulitan. Di antaranya, para mualaf di Papua yang masih fakir miskin.

Biodata

Nama          : Zaitun Humaira

Panggilan    : Ira

TTL             : Banda Aceh, 15 Juli 1987

Prestasi:

  • Juara 2 lomba menulis Esai dibidang kesehatan dan pendidikan yang diadakn ADB dan BRR NAD Nias pada 2009.

 

Organisasi:

  • Anggota AMSA (Asian Medical Student Association ) Universitas Kuala Banda Aceh
  • Presidium LDF Asy-Syifa Universitas Kuala Banda Aceh
  • Anggota Forum Lingkar Pena Banda Aceh
  • Anggota Bulan Sabit Merah Indonesia

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement