REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA -- Rel kereta api Kalimantan Timur akan mulai beroperasi pada 2019, kata Director of External Affairs PT Kereta Api Borneo (KAB) Arie Nauvel Iskandar, .
"Akhir 2015 pengerjaan konstruksi akan mulai dilakukan dan kami berharap pada 2019 rel kereta api sudah bisa dioperasikan," ungkap Arie Nauvel Iskandar kepada wartawan di Samarinda, Rabu (13/8).
Pembangunan rel kereta api yang melalui jalur dari Kutai Barat melintasi Balikpapan hingga Penajam Paser Utara itu, kata Arie Nauvel Iskandar, akan menelan anggaran Rp 20 triliun.
"Saya belum bisa menyebutkan biaya secara keseluruhan tetapi untuk pembangunan rel kereta api sendiri akan menelan anggaran hingga Rp 20 triliun," katanya.
Saat ini, lanjut dia, sedang dilakukan survei untuk menentukan titik-titik pembangunan jalur rel kereta api tersebut. Namun, dia mengakui saat ini belum ada pengerjaan secara fisik sebab masih melakukan proses survei serta pengurusan izin.
Proses survei, kata dia, untuk menentukan titik yang baik secara teknis setelah itu akan dilanjutkan dengan proses perizinan, pembebasan lahan kemudian pengerjaan konstruksi yang rencananya mulai dilakukan pada akhir 2015.
"Jadi, dari sisi teknis sudah tidak ada masalah tinggal dua hal yang masih dalam proses yakni perizinan dan persiapan pembebasan lahan," kata Arie.
Pembangunan rel kereta api Kaltim itu merupakan proyek dua pemerintah yakni Indonesia dan Rusia. "Pembangunan rel kereta api ini merupakan salah satu proyek MP3EI sehingga harus menjadi prioritas sebab kegiatan ini merupakan proyek dua pemerintah dimana sebelumnya dilakukan pertemuan antara Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dengan Presiden Rusia Vladimir Putin," ujar Arie.
Dalam menunjang keberadaan rel kereta api Kaltim itu, lanjut Arie, pada awal 2015 akan dikirim 50 orang yang akan disebar di tiga perguruan tinggi di Rusia yakni, Russian University, Saint Petersburg University serta di Rostov University.
"Tenaga kerja nanti sebagian dari Kaltim dan awal 2015 kami akan mengirim 50 orang untuk mengikuti pendidikan di tiga perguruan tinggi di Rusia. Mereka akan menempuh pendidikan terkait perkeretaapian di Rusia selama enam tahun, satu tahun untuk bahasa dan lima tahun pendidikan," katanya.