REPUBLIKA.CO.ID, DOHUK -- Sejumlah pengungsi Yazidi Irak mengadakan protes, karena kurangnya bantuan di sebuah kamp pengungsian di Provinsi Dohuk barat. Para pemuda dan anak-anak di kamp Bajid Kandala melakukan protes pada Rabu (13/8), di mana di dalamnya ribuan pengungsi tinggal dalam kondisi menyedihkan.
"Kami tidak punya roti, dan air yang sangat sedikit. Kami perlu bantuan. Kami ingin keluar dari sini. Kami sangat putus asa, dan kami ingin meninggalkan Irak," tutur salah seorang pengunjuk rasa berusia 30 tahun bernama Izadi, seperti dilansir PressTV, Kamis (14/8).
Protes tersebut muncul, karena semakin banyaknya pengungsi memenuhi kamp, setelah melarikan diri dari serangan militan ISIS di Kota Sinjar dan desa-desa terdekat. Pengunjuk rasa lain menyebutkan, tidak ada makanan yang cukup banyak.
Sehingga, banyak pengungsi yang kelaparan, dan tidur di bawah panas matahari karena kamp yang tidak cukup besar untuk menampung. "Tidak ada PBB di sini, tidak ada kelompok hak asasi manusia," tambahnya.
Sementara itu, seorang pejabat Kurdi yang bertanggung jawab atas kamp pengungsian, Saadullah Abdullah Hamid mengatakan bahwa Bajid Kandala berfungsi sebagai kamp pengungsian sementara. Dan keluarga kemudian pindah ke tempat lain di Irak utara.
Ia menuturkan, pemerintah otonom Kurdi menjalankan apa yang mereka bisa untuk menangani pengungsi. Selain itu tuturnya, pemerintah menyambut semua bantuan untuk memenuhi kebutuhan pengungsi.
Krisisi di Irak meningkat, setelah militan ISIS Takfiri menguasai Mosul pada 10 Juni lalu. Serangan ISIS berlanjut dengan dikuasainya kota Tikrit, yang terletak di 140 km barat laut dari Baghdad, Irak. Akibat konflik itu, PBB menyebutkan lebih dari satu juta orang mengungsi di Irak sepanjang tahun ini.