Kamis 14 Aug 2014 15:58 WIB

Defisit Transaksi Berjalan Meningkat Menjadi 9,1 Miliar Dolar AS

Rep: Satya Festiani/ Red: Nidia Zuraya
Defisit Neraca Transaksi Berjalan
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Defisit Neraca Transaksi Berjalan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Defisit transaksi berjalan pada triwulan II-2014 meningkat menjadi 9,1 miliar dolar AS atau 4,27 persen dari PDB. Naiknya defisit disebabkan turunnya ekspor komoditas seperti batu bara, CPO dan mineral.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, BI cukup nyaman dengan kondisi transaksi berjalan saat ini. Defisit transaksi berjalan meningkat dibandingkan triwulan I-2014 yang sebesar 4,2 miliar dolar AS atau 2,05 persen dari PDB. Namun, dibandingkan triwulan II-2013 yang sebesar 10,1 miliar dolar AS atau 4,47 persen dari PDB, defisit transaksi berjalan saat ini mengalami penurunan. "Kami lihat kondisi transaksi berjalan yang membaik 1 miliar dolar AS cukup baik," ujar Agus, Kamis (14/8).

Ia mengatakan, penurunan defisit menunjukan komoditas yang cukup penting dalam memberikan kontribusi pada ekspor Indonesia mengalami perbaikan. Ekspor yang mengalami perbaikan diantaranya adalah ekspor manufaktur seperti otomotif, tekstil dan pakaian jadi.

Perbaikan transaksi berjalan hanya sebesar 1 miliar dolar AS dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, kondisi tersebut disebabkan pemberlakukan UU Minerba sehingga ekspor mineral mentah tidak diperkenankan. "Itu menyebabkan ekspor minerba betul-betul mengalami penurunan yang drastis shingga menyebabkan perbaikan neraca perdagangan migas belum signifikan," ujarnya.

Sementara itu, Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, tanpa stabilisasi moneter, defisit transaksi berjalan akan lebih tinggi daripada angka yang tercapai saat ini. Namun, stabilisasi moneter hanya berdampak pada sisi nonmigas. "Komponen nonmigas sudah ada perbaikan walaupun di tengah ekspor komoditas yang melambat. Impor juga sudah berhasil dikendalikan," ujarnya.

Menurut dia, angka defisit transaksi berjalan dapat lebih ditekan jika komponen dari sisi impor minyak dapat dikendalikan. Ia mengaku masih menunggu kebijakan Pemerintah terkait energi untuk mengendalikan impor minyak. "Kalau itu dilakukan, defisit transaksi berjalan tentunya akan lebih baik," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement