Jumat 15 Aug 2014 02:02 WIB
Korban Longsor

Keluarga Sriyono Butuh Bantuan

Rumah Sriyono di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Foto: Dok BWA
Rumah Sriyono di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Longsor terjadi tatkala hujan lebat menerpa Jakarta termasuk daerah tempat tinggal Sriyono di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Kamis, (19/6) lalu.

Setelah diguyur hujan seharian, seperempat bagian tanah yang menjadi tempat berdirinya rumah Sriyono longsor. Walhasil, bagian sebelah kiri rumah tersebut jadi menggantung.

“Kita mau tidur dimana lagi? Mau tidak mau kami tidur berjejer di ruangan ini,” tutur Sriyono sembari menunjuk ruangan sempit berukuran 2 x 1,5 meter sebelah kanan dalam rumah, yang tanahnya tidak turut terbawa air hujan.

Bermodalkan uang pinjaman dari mandor bangunan di tempatnya bekerja, keesokan harinya Sriyono dengan dibantu istri dan kedua anaknya bergotong royong memugar pondasi agar tidak terjadi longsor susulan. Karena lokasi rumahnya sulit dijangkau oleh kendaraan ataupun gerobak, maka pengerjaan menjadi lebih berat dan lama.

Baru sepekan pondasi tersebut selesai dikerjakan, tepatnya pada Kamis (26/6) hujan deras kembali turun.  Rasa waswas menyelimuti dada Sriyanto karena khawatir longsor terjadi lagi. Ia pun berdoa agar hal itu tidak terjadi.

Namun, Allah SWT berkehendak lain. Pondasi yang dibangun menggunakan uang pinjaman itu roboh karena seharian diguyur hujan. Naas, longsoran pondasinya menimpa rumah yang berada persis di bawah rumahnya.

Sebagai hamba yang ditimpa musibah, Sriyono pasrah seraya bertanggung jawab mengganti kerusakan rumah tetangga tersebut. “Kami tidak ingin mengecewakan orang lain, semampu kamu perbaiki rumah tetangga,” ujarnya.

Sriyono lebih mementingkan memperbaiki rumah tetangga dari pada rumahnya sendiri walau posisi gantungnya kini semakin parah. Yang bisa dilakukannya hanya menutupi bagian tanah yang longsor dengan plastik agar tidak tergerus air hujan lagi.

Kini Sriyono hanya bisa melihat kondisi rumahnya yang seperti itu serta berharap hujan lebat tidak turun sebelum rumahnya kembali kokoh. Namun, ia tidak memiliki biaya untuk memperbaikinya. Meminjam uang ke tetangga sudah tidak mungkin, mengingat utang untuk pembangunan pondasi awal saja belum terbayar.

Bukan hanya itu, karena sibuk membangun mengurusi rumah yang longsor, akhirnya Sriyono dipecat dari tempat kerjanya dengan alasan jarang masuk.

Cobaan yang bertubi-tubi ini berusaha ia hadapi dengan penuh kesabaran dan keikhlasan seraya berpasrah kepada Allah SWT. “Saya pasrah saja, semoga semua ini berakhir dengan kebaikan,” ujarnya.

Melalui program Zakat Peer to Peer (ZPP), Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) menggalang  zakat harta (mal) atau pun donasi dari kaum Muslimin untuk Sriyono. Dengan demikian, beban Sriyono terkurangi dan kewajiban zakat kita tertunaikan. Semoga Allah SWT melapangkan segala urusan kita semua. Kunjungi www.wakafquran.org untuk menunaikan zakat dan donasi Anda!

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement