REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Turki membeli produk tepung kelapa dari Sulawesi Utara sebanyak 13 ton selama semester pertama 2014 dengan devisa yang diperoleh provinsi itu 28.730 dolar AS.
"Tepung kelapa yang diekspor ke Turki tersebut mampu menghasilkan devisa sebesar 28.730 dolar Amerika Serikat," kata Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut T Hasudungan Siregar di Manado, Jumat (15/8).
Meskipun terjadi krisis di beberapa negara di Timur Tengah, katanya, hal itu tidak memengaruhi pengiriman komoditas unggulan ke negara tersebut. "Keuntungan dari produk Sulut, yakni hampir sebagian besar yang diekspor bahan pangan, sehingga dalam kondisi apapun suatu negara pasti membutuhkan produk tersebut. Jadi krisis tak akan memengaruhi kegiatan ekspor di daerah ini," ujar Hasudungan.
Dari sisi volume, katanya, ekspor tepung kelapa ke Turki masih dikatakan sedikit dibandingkan dengan negara pembeli lainnya di kawasan Eropa. Namun, katanya, terbukanya pasar ke negara tersebut menciptakan peluang baru pada masa mendatang untuk Provinsi Sulut.
"Ini merupakan hal menggembirakan, karena menandakan pasar Turki mulai tertarik pada komoditas yang saat ini menjadi salah satu andalan Sulut," katanya.
Terbukanya pasar tepung kelapa ke Turki merupakan peluang bagi Sulut untuk mendorong ekspor komoditas andalan itu sehingga terus merambah ke lebih banyak negara di dunia. Tepung kelapa merupakan salah satu komoditas Sulut yang tercatat terbanyak negara pembeli dibandingkan dengan komoditas lainnya. Pasar tepung kelapa Sulut merambah bukan hanya kawasan Eropa, tetapi juga Asia, Amerika, Australia, hingga Afrika.
Kalau dibandingkan dengan produk turunan kelapa lainnya, semisal minyak kelapa kasar atau Crude Coconut Oil (CCO), katanya, tepung kelapa memang lebih banyak penetrasinya karena berhasil diekspor ke berbagai negara.