REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak mudah menjadi direktur utama BUMN. Seorang pemimpin perusahaan milik negara harus memiliki keberanian. Terutama berani menghentikan intervensi dari luar.
Hal itu diungkapkan Direktur Utama Pelindo II, RJ Lino saat mengomentari mundurnya Direktur Utama PT Pertamina Karen Agustiawan.
"Karen sosok yang baik, tapi masalahnya baik saja tidak cukup. Direksi BUMN harus berani ngelawan. Kalau tidak, tak usah jadi direksi BUMN," ujar Lino, Selasa (19/8).
Ia mengatakan, menghentikan intervensi dari luar membutuhkan keberanian. Alternatif pertama untuk menghentikan intervensi tersebut adalah dengan mengundurkan diri. Melawan adalah alternatif kedua.
Secara pribadi, Lino memilih untuk melawan intervensi tersebut. Dari pengalamannya, ia mengaku banyak mendapatkan surat kaleng. Ia juga telah melawan banyak intervensi dari pengusaha-pengusaha besar.
Ketika melawan, menurut dia, kita harus memastikan kita tidak punya utang dan tidak pernah kompromi. Sebab kompromi bisa menjadi boomerang.
"Utang aneh-aneh bisa membuat anda ditekan. Saya tak mau punya utang. Saya tak punya utang ke siapa-siapa," ujarnya.
Ia menegaskan tidak takut jika dilepas dari jabatan karena melawan intervensi tersebut. Ia mengatakan siap diganti kapanpun.
"Kalau saya merasa untuk kepentingan orang banyak, saya tak takut," ujarnya.