REPUBLIKA.CO.ID, FERGUSON -- Gubernur Missouri memerintahkan penarikan pasukan Garda Nasional dari Ferguson, pada Kamis (21/8). Ketegangan dianggap telah mereda, setelah dua pekan aksi protes atas penembakan Michael Brown.
Demonstrasi pada Rabu (20/8) lalu, menunjukkan malam paling tenang sejak aksi selama dua pekan. Kematian Brown sebelumnya memicu unjuk rasa yang diselingi dengan penjarahan, perusakan, dan bentrok antara demonstran dengan aparat. Sering kali bentrok berakhir dengan tembakan gas air mata dan penangkapan puluhan pendemo.
Gejolak yang terjadi di Ferguson, Missouri membawa komunitas beranggotakan 21 ribu orang tersebut menjadi sorotan internasional. Selama ini komunitas kulit hitam Amerika Serikat sering dilambangkan sebagai pembawa masalah terkait persoalan ras di negara tersebut.
Baik pemimpin sipil maupun pemuka agama, mendesak demonstran untuk menjaga ketertiban dan berhenti melakukan aksi setelah gelap. Ini membuat jumlah pendemo semakin berkurang tiap harinya dan umumnya mereka lebih tenang.
Meskipun tembakan sempat dikeluarkan dan seorang polisi dipukuli dengan botol air minum, hanya enam orang yang ditangkap pada Rabu malam dan Kamis pagi. Jumlah tersebut menurun drastis dari jumlah orang yang ditahan selama malam sebelumnya.
Kepala Patroli Jalan Raya Kapten Ron Johnson mengatakan, massa pendemo kini jauh lebih sedikit dan lebih tenang serta tertib. Komando kepolisian setempat secara luas mendapat kritikan karena dianggap mudah bertindak kasar, yang memicu kerusuhan sipil.
"Kecenderungan kini lebih baik," katanya.
Pasukan Garda Nasional sebelumnya dikerahkan untuk membantu kepolisian daerah Ferguson. Gubernur Missouri Jay Nixon memerintahkan pasukan untuk mulai menarik diri.
"Kami terus melihat adanya perbaikan," ujar Nixon.
Penarikan pasukan terjadi tepat sehari setelah Jaksa Agung AS Eric Holder mengunjungi Ferguson. Holder datang ke Ferguson untuk bertemu dengan orangtua Brown dan warga lainnya. Ia berupaya meninjau perkembangan penyelidikan dan hak-hak sipil federal terkait kasus Brown.n Gita Amanda
Sumber: Reuters