Selasa 09 Apr 2019 12:50 WIB

TKN Minta Politik Kebohongan Dihentikan

TKN mengimbau masyarakat untuk semakin mewaspadai gencarnya hoaks jelang pemilu.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Ratna Puspita
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf, Abdul Kadir Karding
Foto: Republika TV/Surya Dinata
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf, Abdul Kadir Karding

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim pemenangan Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin mengimbau masyarakat untuk semakin mewaspadai semakin gencarnya hoaks menjelang hari pemilu, Rabu (17/4) nanti. Kubu Jokowi pun lantas meminta semua pihak untuk menghentikan politik kebohongan tersebut.

"Mari kita kedepankan berpolitik yang santun. Tidak baik kita menghalalkan segala cara, termasuk hoaks demi meraih elektabilitas," kata Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Abdul Kadir Karding, Selasa (9/4).

Baca Juga

Secara khusus, Karding menyayangkan menyayangkan maraknya penggiringan opini dan provokasi soal kecurangan pemilu yang terus digulirkan kubu oposisi. Dia mengatakan, cara-cara tidak terpuji itu tak akan mempan untuk mempengaruhi swing dan undecided voters.

"Rakyat sudah cerdas dan mampu membedakan mana kubu yang berbicara fakta dan mana yang terus menebar kebohongan," katanya.

Ketua DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini juga meminta kubu lawan politik Jokowi untuk tidak sekadar berucap Pancasila ketika kenyataannnya bertindak atas semangat eksklusivitas golongan tertentu. Menurutnya, Indonesia sama sekali tak membuka ruang bagi ideologi selain Pancasila. 

Karding menilai, sikap demikian merupakan bagian dari propaganda. Ia melanjutkan perubahan narasi mengaku Pancasila itu diikuti dengan fitnah yang menyerang personal Jokowi.

Karding meminta kubu yang akrab dengan hoaks itu untuk menghentikan segala praktik politik yang merusak itu. Menurutnya, politik bukanlah hanya sekadar hasil menang dan kalah. 

Karding berpendapat, politik adalah sebuah proses pendidikan panjang yang hasilnya akan tergantung dari usaha untuk meraih tujuan. Dengan usaha yang baik, dia melanjutkan, hasil baik akan dipetik dan sebaliknya.

"Kami di tim Jokowi selalu sadar akan hal itu bahwa untuk meraih hasil baik dalam pemilu harus ditempuh lewat jalan yang baik pula," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement