REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Delegasi PBB untuk Libya menolak intervensi asing guna menghentikan kekeacauan di negara itu, Selasa (26/8). Menurutnya, intervensi asing bukan solusi dan dikhawatirkan justru membawa negara tersebut pada kekacauan lebih besar.
Kekacauan di Libya, menurut diplomat Bernardino Leon hanya dapat terselesaikan dengan adanya proses politik yang terbentuk secara inklusif atau menyeluruh. Pemerintah, lembaga negara, dan parlemen, menurutnya harus sesuai dapat mewakili seluruh faksi yang ada di Libya.
Ketidakstabilan di Libya terus terjadi selama tiga tahun, sejak penggulingan Presiden Muammar Khadaffi. Milisi-milisi yang dulu saling bekerjasama untuk menggulingkan orang nomor satu di negara tersebut, kini saling bersaing dan bertempur guna memperebutkan kekuasaan.
"Segala bentuk intervensi asing tidak akan dapat membantu Libya keluar dari kekacauan yang sedang terjadi. Hal ini justru dapat memperburuk perpecahan yang sedang terjadi," ujar Bernardino, dalam sebuah pernyataan pada pertemuan dengan delegasi-delegasi PBB, dilansir Washington Post, Selasa (26/8).
Senada dengan Bernardino, AS, Inggris, Prancis, Jerman, dan Italia juga mengeluarkan pernyataan bersama yang mengatakan intervensi asing, selain memperburuk krisis juga akan melemahkan kondisi Libya yang sedang berada dalam masa transisi demokrasi. Mereka mendesak, agar tidak ada pihak asing ikut campur dalam situasi buruk yang tengah Libya hadapi saat ini.