REPUBLIKA.CO.ID, DEN HAAG -- Politikus Sayap Kanan Perancis, Marine Le Pen, menemui koleganya politikus Belanda Geert Wilders, di Pusat Pemerintahan Belanda, Den Haag, pada November 2013 lalu. Kedua politisi itu merupakan pendukung Islamophobia atau anti Islam.
Mereka berharap dengan pemikiran yang sama, hubungan antara kedua partai bisa menjadi lebih erat dan menjadi sekutu tetap di Parlemen Eropa. Ideologi partai politik keduanya, disatukan dengan kebijakan anti-imigran, sebagai kebijakan utamanya.
"Kami ingin mengembalikan kembali kemerdekaan kepada orang-orang kita. Kami juga ingin mengembalikan kedaulatan kepada negara-negara kita," ujar Marine Le Pen, Pemimpin Front Nasional Perancis, seperti dikutip dari Euronews, Selasa (26/8). Ia menambahkan, dengan tujuan yang sama, maka kerjasama bisa dilakukan.
Pertemuan tersebut, merupakan yang kedua kalinya bagi mereka menjelang pemilihan umum Eropa tahun ini. Para pengamat meyakini, kedua partai rasis itu akan membentuk kelompok dengan partai beraliran serupa, seperti Vlaams belang dari Belgia, dan Partai Kebebasan dari Austria.
Agar dapat membentuk aliansi di Parlemen Eropa, mereka memerlukan minimal 23 kursi dari paling sedikit tujuh negara anggota Uni Eropa.
Front Nasional Perancis pada jajak pendapat terbaru, terlihat unggul dalam prediksi pemilihan umum Eropa pada Mei 2014 lalu. Partai Kebebasan tempat Geert Wilders bergabung pun menjadi populer di belanda. (C91/Iit Septyaningsih)