REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Tingkat under-employment, yaitu pekerjaan yang kurang layak di kalangan anak muda di Australia, tercatat mencapai angka 15 persen. Jumlah ini menjadi rekor yang pernah tercapai dalam empat dekade terakhir.
Kevin Sanders, usianya 21 tahun, adalah satu anak muda yang kesulitan mendapatkan pekerjaan. Ia baru saja pindah dari negara bagian Australia Barat ke Victoria untuk mencari pekerjaan. Dirinya berhasil mendapat pekerjaan paruh waktu, karena sebelumnya kesulitan mendapat pekerjaan tetap meski telah mencoba melamar.
"Kemarin sekali saya sudah keliling di kawasan saya tinggal dan mencari-cari ke 24 perusahaan berbeda," aku Sanders. "Saya kirimkan 20 lamaran pekerjaan dan mendapat satu panggilan interview. Sangat sulit sekali apalagi lewat online. Berasa seperti bicara dengan tembok."
Sebelumnya ia pernah juga berkeliling lima kilometer untuk mendatangi 40 pekerjaan. Ia mengabil tawaran pekerjaan di toko menjual minuman. "Saya bekerja 10 jam seminggu. Ya lumayan. Senang bisa bertemu dengan orang berbeda-beda," ujarnya, baru-baru ini.
"Tapi tidak cukup untuk menutupi kebutuhan saya," tambah Sanders.
Penelitian terbaru dari yayasan pemerhati kesejahteraan warga di Australia, The Brotherhood of St Laurence, menemukan lebih dari 300 ribu anak muda di Australia memiliki pekerjaan paruh waktu, tetapi mereka ingin mendapat posisi tetap.
Tony Nicholson, dari yayasan tersebut mengatakan ada jika jumlah tersebut digabungkan dengan mereka yang sama sekali menganggur mencapai lebih dari 500 ribu anak muda.
"Jika menambah mereka yang menganggur, maka akan ada 580 ribu anak muda yang benar-benar kesulitan untuk menapakan kaki di dunia kerja," jelas Nicholson.
"Beberapa pekerjaan lebih baik dibanding tidak bekerja, terlebih untuk mendapat pengalaman. Tetapi mereka berada dalam keadaan yang sulit setiap pekannya, terutama bagi anak muda yang tidak mendapat dukungan keluarga dan kita tahu jumlahnya di Australia mencapai 40 ribu orang."