REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika sebuah organisasi kolektif bertanggung jawab untuk kemajuan olahraga masing masing berhenti beroperasi, apa yang akan terjadi? Jika perubahan adalah jawabannya, maka ketika berbicara tentang FIFA, mungkin hanya ksatria perkasa yang bisa merobek buku sejarah tersebut.
Di dunia politik, perubahan ekstrem seperti ini disebut dengan coup d'etre yang melibatkan kekerasan seperti melibatkan banyak pengunjuk rasa.
Sebelum melakukan hal itu, kita harus mempertimbangkan perubahan seperti apa yang diinginkan dunia sepak bola. Kita harus ingat bahwa dunia membutuhkan pemerintahan dan struktur, seperti yang berlaku juga di sepak bola hari ini.
Kembali ke 1904, pertandingan internasional belum berhasil membuat turnamen sepak bola dunia. Saat itu, popularitas sepak bola hanya terbatas di Eropa sejak akhir abad ke-19 dan seterusnya.
Dilansir dari These Football Times, Selasa (2/9), seiring dengan kemajuan teknologi yang berkembang di masyarakat, khususnya dalam hal moda transportasi, peluang bagi klub dan negara bermain bola satu sama lain dilakukan secara berkala. Padahal sebelumnya, jarak terbukti menjadi hambatan paling berat dalam melakukan turnamen sepak bola antar klub, apalagi antar negara.
Ketika transportasi saat itu tak menjadi masalah, dunia sepak bola memunculkan masalah legislatif, seperti kurangnya keseragaman aturan permainan sepak bola. Sudah jelas bahwa beberapa bentuk rencana efektif dan kohesif harus diletakkan sebagai pondasi dan diadopsi oleh seluruh pihak untuk membawa perubahan.
Ketika Robert Guerin mengepalai beberapa federasi sepak bola di Paris pada 1904, ada tujuh negara yang bermain, yaitu Prancis, Denmark, Belgia, Belanda, Spanyol, Swedia dan Swiss. Di sana pertama kalinya dasar-dasar FIFA dibuat. Spanyol diwakili Real Madrid saat itu kemudian membentuk klub pada 1913.
Seiring perkembangannya, Inggris mempunyai peran penting dalam mengembangkan permainan sepak bola dunia di bawah kepemimpinan Lord Arthur Kinnaird. Inggris kemudian memutuskan bergabung dengan tujuh negara tersebut, sehingga diikuti oleh negara-negara lain di Eropa.
Sebuah catatan penting hingga saat ini yang paling disoroti adalah sejak kelahirannya, FIFA mempunyai mandat yang ditulis di Pasal 9 bahwa FIFA memiliki hak tunggal dan berperan laiknya pemerintah atas federasi sepak bola internasional dan afiliasi di dalamnya.