Rabu 03 Sep 2014 01:10 WIB

Bagaimana Nasib Sepak Bola Jika FIFA Dikudeta? (2)

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Didi Purwadi
FIFA
Foto: AP
FIFA

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Football Association (FA) yang dipelopori Robert Guerin butuh profesionalisme yang harus dipupuk, diatur, dan diuji. Guerin menyadari struktur organisasi diperlukan untuk mengelola tahap awal pengembangan permainan sepak bola. Aturan permainan terbukti menjadi satu-satunya undang-undang yang dipatuhi seluruh tim, namun tidak secara holistik diadopsi oleh federasi sepak bola lain.

Dilansir dari These Football Times, Selasa (2/9), negara-negara tersebut mengadopsi pandangan global dari permainan sepak bola yang kemudian mendukung kelahiran FIFA.

Meskipun pertandingan internasional telah diadakan antar tim sebelumnya, seperti Inggris VS Skotlandia yang pertama kali tercatat pada 1872, FIFA memberikan platform global sebagai arsip olah raga yang berkembang menjadi kompetisi internasional.

Pertandingan internasional pertama yang diakui FIFA adalah Belgia VS Prancis pada 1 Mei 1904. Guerin menjadi presiden FIFA pertama dan memusatkan aktivitasnya di Union des Societes Françaises de Sports Athlétiques.

Guerin mengajak tujuh negara perintis FIFA, yaitu Prancis, Denmark, Belgia, Belanda, Spanyol, Swedia dan Swiss melakukan pertandingan persahabat di belakang visi kolektifnya. Secara bertahap, FIFA kemudian menarik perhatian publik.

Mulai 1913, FIFA berekspansi secara global dan berhasil mengajak bergabung Afrika Selatan, Cile, Argentina dan Amerika Serikat. Keyakinan Guerin untuk mengikutsertakan federasi sepak bola dari benua lain dilakukannya setelah menyelesaikan aspek mikro dan makro permainan sepak bola oleh FIFA yang berafiliasi di Eropa.

Sejak  itu, FIFA menjadi organisasi olah raga terkuat di dunia. Komite Olimpiade di Inggris bersama FIFA bekerja sama, sehingga sepak bola amatir di Olimpiade menjadi profesional dan sejak itu pemain-pemain juga dibayar secara profesional.

Langkah-langkah kecil kemajuan FIFA sempat tergelincir akibat Perang Dunia. Seorang Belanda, Carl Hirshmann, kemudian menjadi sekretaris FIFA selama periode Perang Dunia ini. Melalui negosiasi intensif di Antwerpen pada 1920, FIFA melakukan reformasi dan mengangkat Jules Rimet sebagai presiden FIFA yang baru.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement