REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Para ilmuwan mengungkapkan kera yang diberi vaksin eksperimen Ebola ternyata memiliki kekebalan jangka panjang terhadap virus mematikan itu. Penemuan ini dianggap dapat meningkatkan peluang sukses jika percobaan yang sama dilakukan pada manusia.
Mengutip BBC, Senin (8/9), percobaan yang dilakukan National Institutes of Health di Amerika Serikat menunjukkan kekebalan terhadap monyet itu bisa bertahan sekitar 10 bulan. Percobaan vaksin pada manusia akan dimulai pekan ini di AS, kemudian dilanjutkan ke Inggris dan Afrika.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan lebih dari 2.000 orang di Afrika Barat, tewas akibat wabah Ebola. Beberapa pengobatan eksperimental sedang dipertimbangkan untuk membantu mencegah penyebaran Ebola.
Hal itu termasuk pemberian vaksin yang sedang dikembangkan National Institute of Allergy and Infectious Diseases dari AS dan perusahaan farmasi GlaxoSmithKline.
Vaksin tersebut menggunakan virus simpanse yang dimodifikasi secara genetik dan mengandung komponen dua sampel Ebola.
Sampel pertama diambil di Zaire, yang saat ini beredar di Afrika Barat. Adapun sampel kedua diambil di Sudan. Para peneliti berharap, sistem kekebalan tubuh akan bereaksi terhadap komponen vaksin Ebola dan menghasilkan kekebalan.