Senin 08 Sep 2014 16:15 WIB

Permainan Tradisional Dapat Mendidik Karakter Anak

Rep: C67/ Red: Yudha Manggala P Putra
 Seorang turis asing mencoba permainan tradisional congklak pada acara Jakarta Festival Museum Day 2012, di Taman Fatahillah, Jakarta Barat, Sabtu (19/5).  (Prayogi/Republika)
Seorang turis asing mencoba permainan tradisional congklak pada acara Jakarta Festival Museum Day 2012, di Taman Fatahillah, Jakarta Barat, Sabtu (19/5). (Prayogi/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Permainan tradisional dinilai memiliki peran penting dalam mendidik karakter anak. Karena itu, keberadaanya perlu dilestarikan.

Hal tersebut disampaikan Bupati Sleman, Sri Purnomo, dalam sambutannya pada acara perayaan puncak hari anak nasional, Senin (8/9), di lapangan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman. Menurutnya, melestarikan permainan tradisional memiliki dampak yang positif terhadap pertumbuhan anak.

Purnomo mengakui, perkembangan zaman membuat anak-anak tidak lagi mengenal permainan tradisional. Padahal, tutur Purnomo, tidak semua permainan modern memiliki dampak yang positif. “Permainan tradisional bisa memberikan pendidikan karaketar,” ujar Purnomo, Senin (8/9) pada sambutannya.

Menurut Purnomo anak merupakan faktor pendukung di masa kini dan masa mendatang. Oleh karena itu ia berharap anak-anak Sleman memiki kecerdasan yang tinggi dan mampu mengasah kemandirian.

Sementara itu, Kepala Badan Kepala Keluarga Berencana, Pemberdayaan Masyarakat dan Pemberdayaan Perempuan (KBPMPP) Pemkab Sleman, Nurul Hayah meminta kepada setiap kecamatan untuk menyediakan saran dan prasaran permainan tradisional untuk anak. Hal tersebut, sebagai upaya untuk tetap menghidupkan permainan tradisional tersebut.

“ini juga untuk mewujudkan Sleman menjadi kabupaten layak anak," ujar Nurul, Senin (8/9) seusai acara puncak hari anak nasional kepada wartawan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement