REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Meski angkatan bersenjata Ukraina telah mengajukan permohonan, Amerika Serikat sejauh ini hanya menyediakan paket bantuan sederhana non-mematikan pada pemerintah Kiev. AS enggan meningkatkan bantuan militer karena takut akan menyebabkan eskalasi dalam pertempuran dan memprovokasi Moskow.
Dilansir dari The New York Times, Gedung Putih enggan meningkatkan bantuan militer mereka untuk Ukriana. AS khawatir, bantuan militer akan menyebabkan peningkatan konflik dan memprovokasi Moskow.
Bantuan senilai 70 juta AS mencakup antara lain, jatah makanan, radio, kawat berduri, kotak pertolongan pertama dan perlengkapan terbatas pelindung tubuh. Namun diantara daftar bantuan tersebut tak ada senjata.
AS juga berjanji melatih 700 anggota Garda Nasional Ukraina. Tapi programnya belum dijadwalkan hingga tahun 2015 mendatang.
Sebaliknya, separatis Ukraina telah memerangi pasukan pemerintah dengan bantuan tank, artileri. senjata dan rudal anti-pesawat. NATO menambahkan, ribuan tentara Rusia turut membantu separatis.
Presiden Ukraina Petro Poroshenko berharap dapat menekan konflik dengan diperluasnya dukungan militer. Ia berharap dapat dukungan dalam kunjungannya ke Washington. Ia mendapat dukungan dari beberapa pejabat mantan NATO.
"Saya 100 persen di belakang ide meningkatkan sanksi secara dramatis," kata komandan militer NATO James G. Stavridis.
Stavridis menambahkan, As harus memberikan kekuatan pada Ukraina dengan senjata anti-tank, amunisi, bahan bakar, bantuan pertahanan cyber dan penasihat militer.
Para pejabat pemerintah mengatakan, mereka tengah mempertimbangkan sejumlah opsi, seperti memberikan Ukraina drone pengintai, radar counterbattery untuk menentukan sumber tembakan, dan senjata anti-tank Javelin.
Sementara permintaan Ukraina termasuk drone pengintai, sistem antipesawat, senjata anti-tank, radio dienkripsi, dan operasi khusus serta pelatihan kedokteran medan perang