Ahad 14 Sep 2014 17:33 WIB

SDA: Kader Masuk Kabinet Jokowi Bukan Suara Partai

Suryadharma Ali (SDA)
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Suryadharma Ali (SDA)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN-- Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan yang diberhentikan dalam rapat pimpinan partai pada 9 September, Suryadharma Ali menyatakan jika ada nama-nama kader yang masuk dalam kabinet presiden-wakil presiden terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla, bukan merupakan representasi partai.

"Kami mempersilakan mereka yang disebut-sebut akan masuk kabinet untuk mengambil sikap sendiri. Termasuk jika memang benar mau bergabung dalam kabinet Jokowi-JK," kata Suryadharma Ali di Sleman, Ahad (14/9).

Menurut dia, bergabungnya mereka ke kabinet Jokowi-JK bukan merupakan representasi partai. Menurutnya hal itu atas nama pribadi, sampai saat ini PPP tetap mantap di Koalisi Merah Putih seperti aspirasi di akar rumput pada Pilpres lalu.

Suryadharma Ali melakukan konsolidasi dengan jajaran Dewan Pimpinan Wilayah PPP Daerah Istimewa Yogyakarta di Sleman. Konsolidasi ini dilakukan untuk memastikan jajaran kader PPP di daerah tetap mendukung dilakukannya Muktamar pada 22 Oktober 2014.

Konsolidasi ini diikuti pengurus DPW PPP DIY dan DPW Kabupaten Kota di wilayah setempat. Konsolidasi ini juga untuk menyikapi Rapat Pengurus Harian DPP PPP pada 9 September yang berujung pada pemecatan Suryadharma Ali sebagai Ketua Umum PPP. Menurut Suryadharma, keputusan pemecatan tersebut ilegal dan bertentangan dengan konstitusi partai.

"Ketua umum diangkat dan diberhentikan melalui mekanisme muktamar. Sehingga yang bisa memberhentikan Ketua Umum adalah muktamar, bukan dengan mekanisme rapat pengurus harian DPP," katanya.

Ia mengatakan, langkah sejumlah pengurus harian tersebut telah membuat partai menjadi kacau, karena tidak lagi berdasar AD/ART. "Dukungan sejumlah wilayah dan cabang dalam rapat pengurus harian tersebut tidak merepresentasikan wilayah dan cabang-cabang. Karena masih ada perbedaan pendapat antar pengurus cabang terkait rapat tersebut," katanya.

Suryadharma mengatakan, pemecatan dirinya merupakan kepentingan kelompok orang yang ingin mengalihkan dukungan dari Koalisi Merah Putih ke koalisi lain sebelum pembentukan kabinet dari presiden dan wakil presiden terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement