Selasa 16 Sep 2014 16:33 WIB

Dua SDN Lereng Merapi Diresmikan Sebagai SSB

Siswa Sekolah Dasar
Foto: Antara/R. Rekotomo
Siswa Sekolah Dasar

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sekolah Dasar Negeri 2 Umbulharjo dan Sekolah Dasar Negeri, Kepuharjo Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa, diresmikan sebagai sekolah siaga bencana (SSB).

Peresmian SDN Umbulharjo 2 dan SDN Kepuharjo Cangkringan sebagai Sekolah Siaga Bencana (SSB) ditandai dengan penandatangan prasasti Wakil Bupati Sleman Yuni Satia Rahayu mewakili Bupati Sleman, di samping itu juga ditandai dengan pemukulan gong dan pembukaan selubung papan nama.

Wakil Bupati Sleman Yuni Satia Rahayu mengatakan, Kabupaten Sleman merupakan daerah yang diberi anugerah Tuhan dengan berbagai potensi yang dimiliki.

Namun, di balik itu, dari komposisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis, Kabupaten Sleman menyimpan potensi bencana yang diakibatkan faktor alam maupun non-alam.

"Pada 2010, kita semua merasakan bagaimana dasyatnya erupsi Gunung Merapi, yang kemudian diikuti banjir lahar hujan yang terus mengancam sampai saat ini," katanya.

Ia mengatakan, beberapa waktu yang lalu, sebagian masyarakat Sleman juga terkena angin puting beliung yang juga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit.

"Untuk itu, diharapkan agar semua elemen masyarakat di Kabupaten Sleman mengerti dan memahami bagaimana menanggulani bencana dan menjadi tangguh dalam mitigasi dan penanganan bencana," katanya.

Menurut dia, menghadapi fenomena bencana yang makin luas dan kompleks, sesuai Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, seluruh pemangku kepentingan dan elemen masyarakat, harus menyelenggarakan, bukan hanya saat terjadi tanggap darurat bencana.

"Tetapi juga pada prabencana dan pascabencana. Paradigma penanggulangn bencana, tidak lagi di titik beratkan pada penanganan kedaruratan, namun lebih pada upaya pengurangan resiko bencana, menuntut adanya kesiapsiagaan masyarakat termasuk sekolah," katanya.

Yuni mengatakan, mitigasi bencana harus menjadi bagian dari budaya dan kearifan lokal masyarkat Sleman. Oleh karena itu pembinaan dan pelatihan cara penanggulangan bencana harus dimulai sejak dini.

"Mitigasi bencana harus diperkenalkan dan diajarkan di bangku sekolah, bahkan sejak jenjang yang paling bawah. Siswa-siswa sangat perlu diberi pemahaman dan pembinaan bagaimana cara penanggulangan dan mitigasi bencana," katanya.

Wakil bupati memberikan apresiasi atas upaya SDN Umbulharjo 2 dan SDN Kepuharjo Cangkringan yang telah menempatkan mitigasi bencana menjadi salah satu bagian dari materi ajar dan kurikulum pembelajaran sekolah.

"Kami berharap sekolah-sekolah yang lain, dari jenjang terbawah di Kabupaten Sleman juga harus mengikuti langkah SDN Umbulharjo 2 dan SDN Kepuharjo Cangkringan ini. Melalui program sekolah siaga Bencana, guru-guru dan siswa nantinya menjadi agen maupun pelaku dalam penanggulangan bencana. Tidak hanya di sekolah, namun juga aktif dan proaktif menggerakkan masyarakat di lingkungannya," katanya.

Kepala BPBD DIY Gatot Saptadi mengatakan, wilayah DIY ini 68 persennya mempunyai potensi rawan terhadap 12 jenis bencana, termasuk Gunung Merapi.

"Memperhatikan hal tersebut diperlukan pendekatan pengurangan resiko bencana dengan wajib melaksanakan langkah-langkah pencegahaan dan kesiapsiagaan," katanya.

Ia mengatakan, untuk mengantisipasi hal tersebut pemerintah menindaklanjuti dengan melakukan perkuatan kapasitas melalui program Desa Tangguh Bencana (Destana) dan SSB.

"Kegiatan untuk mewujutkan SD Umbulharjo 2 sebagai SSB antara lain sosialisasi pengurangan resiko bencana bagi guru dan karyawan SDN Umbulharjo 2 selama tiga hari, bimbingan teknis kurikulum pengurangan resiko bencana terintegrasi dengan kurikulum 2013 selama tiga hari serta bantuan dapur umum dan lainnya," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement