REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Majelis Ulama Bidang Pemberdayaan Umat Dr Anwar Abbas mengatakan masyarakat dari suku Minang tak lagi tertarik berdagang.
"Kalau dulu, saya ke Pasar Tanah Abang, Jatinegara, Senen, Blok M, Kebayoran, pakai Bahasa Minang beres semua urusan. Tapi sekarang tidak lagi," ujar Anwar saat peresmian Pusat Inkubasi Bisnis Syariah (PINBAS) di Jakarta, Sabtu (20/9).
Menurut dia, masyarakat dari suku Minang lebih tertarik menjadi PNS dan pegawai di perusahaan swasta. "Begitu bapaknya meninggal, tidak ada yang meneruskan usahanya dan akhirnya ditutup," ucap Anwar yang juga berasal dari Suku Minang.
Hal itu sangat disayangkan. Kalau dulu, sambung dia, yang bisa menyaingi kepandaian dagang etnis Tiongha hanya Minang, namun sekarang sudah ketinggalan.
Dia melanjutkan situasi yang terjadi di Tanah Air saat ini, hampir mirip dengan Malaysia pada saat kepemimpinan Mahathir Mohammad. Saat itu, jumlah etnis Melayu yang bergerak berwirausaha hanya lima persen. Selepas Mahathir, meningkat menjadi 20 persen.
"Dari 100 orang terkaya di Tanah Air, saya hitung hanya 22 orang yang Muslim. Ini tentu sangat disayangkan karena jumlah umat Islam mencapai 88 persen," terang dia.
Dia mengharapkan PINBAS menjadi inkubator para pengusaha kecil menjadi pengusaha yang kuat. "Kami cari penyebab usaha itu tidak maju. Tidak hanya soal modal, tetapi bisa juga promosi, pengepakan produk, dan lainnya. Juga kami akan memberi kiat-kiat meningkatkan usahanya," katanya.
MUI, menurut dia, mempunyai perhatian terhadap ekonomi umat karena sebagian besar ekonomi umat Islam tergolong lemah. Dalam peresmian tersebut juga dikukuhkan pengurus PINBAS yang diketuai oleh M Azrul Tanjung.
Ketua PINBAS Sumatera Utara, Prof Dr Ritha F Dalimunthe SE MSi, mengatakan pihaknya akan melakukan inkubasi pada usaha kecil menengah. "Sebelumnya, PINBAS ini bernama CIKAL, dan telah melakukan pendampingan terhadap 120 usaha di Sumatera Utara," kata Ritha.
Pihaknya melakukan pendampingan hingga produk dijual ke pasar.