REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Diduga akan diserang kelompok ekstrimis, ISIS, pengamanan di gedung parlemen Australia ditingkatkan. Perdana Menteri Tony Abbot mengatakan gedung parlemen menjadi target potensial.
"Ada perbincangan di antara para jaringan pendukung teroris serangan yang akan melakukan serangan terhadap pemerintah dan rakyat, dan Gedung Parlemen disebutkan secara khusus," katanya, seperti dilansir dari BBC, Ahad (21/9).
Peningkatan tersebut muncul sehari setelah polisi melakukan penggerebekan besar anti terorisme di Sydney. Tujuannya untuk mengagalkan rencana para pendukung kelompok ISIS yang akan melakukan pembunuhan di Australia, termasuk pemenggalan di depan kamera.
Kepolisian Federal Australia pun telah mengambil alih tanggung jawab keamanan gedung parlemen. Ia menambahkan, Kepolisian Federal Australia tak hanya bertanggung jawab atas keamanan, di luar gedung, tetapi juga di dalam gedung.
Abbott mengatakan, para pejabat keamanan telah bertindak cepat untuk memutus dugaan jaringan teror, karena diyakini eksekusi akan berlangsung cepat.
Sebelumnya, lebih dari 800 petugas ambil bagian dalam operasi anti teroris. Hasilnya, sebanyak 15 orang berhasil ditangkap.
Dalam beberapa pekan terakhir, ISIS telah menguasai sejumlah wilayah luas di Irak dan Suriah. Mereka pun merilis rekaman video yang menunjukkan pemenggalan dua wartawan Amerika dan seorang pekerja bantuan Inggris.