Rabu 24 Sep 2014 13:48 WIB

Berprasangka Baik kepada Allah

Saat hidup di dunia inilah, kita sebaiknya terus-menerus berprasangka baik kepada Allah
Foto: Onislam.net
Saat hidup di dunia inilah, kita sebaiknya terus-menerus berprasangka baik kepada Allah

Oleh: Muslimin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hidup ini adalah sebuah perjalanan singkat, pada akhirnya nanti kita pasti akan kembali kepada Allah. Saat kembali menghadap Allah, kita akan mempertanggungjawabkan seluruh perbuatan kita di dunia ini.

Saat hidup di dunia inilah, kita sebaiknya terus-menerus berprasangka baik kepada Allah. Apabila telah berhasil, kita akan menjadi hamba yang menebarkan energi positif untuk diri sendiri, lingkungan, dan menerima ketentuan Allah dengan tulus ikhlas.

Peristiwa yang menimpa Ummul Mukminin Aisyah RA ketika difitnah berbuat serong dengan salah seorang sahabat, berkatalah istri Abu Ayub kepada suaminya tentang istri Rasulullah. “Abu Ayub, tidakkah engkau mendengar apa yang dibicarakan orang tentang Aisyah?”

“Ya, aku mendengarnya. Tetapi, semua itu dusta. Engkau sendiri Ummu Ayub, apakah mungkin melakukannya?” Abu Ayub balik bertanya. “Demi Allah aku tidak mungkin melakukannya,” jawab sang istri tegas. “Ya dan Aisyah lebih baik daripada dirimu.” Begitu kata akhir Abu Ayub.

Kisah ini, mengingatkan kita untuk berprasangka baik kepada diri sendiri, lingkungan, dan ketentuan Allah. Sukses tidaknya seseorang tergantung keyakinannya tentang dirinya dan prasangka baiknya kepada Allah.

Sebagaimana yang terdapat dalam penjelasan hadis nabi, “Sesungguhnya Allah berkata, Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku terhadap Aku dan Aku bersamanya ketika ia berdoa kepada-Ku.” (HR. Muslim).

Senada dengan sabda di atas, Jalaluddin Rumi juga mengingatkan, “Engkau adalah apa yang engkau pikirkan, saudaraku, selebihnya adalah tulang dan serat. Jika engkau memikirkan bunga mawar, engkau adalah mawar kebun. Jika engkau pikir engkau adalah onak, engkau adalah bahan bakar tungku.”

Dalam kehidupan ini, orang yang berhasil merupakan mereka yang memiliki tujuan untuk menjadi orang yang bertakwa, kemudian berusaha terus-menerus merealisasikan tujuannya menjadi orang yang bertakwa tersebut. Selain itu, juga memiliki pemikiran dan harapan yang positif terhadap kehendak Allah.

Setiap saat seseorang menghadapi masalah dan tantangan dalam hidup ini. Orang-orang yang berprasangka baik kepada Allah tentu memiliki keyakinan bahwa bersama kesulitan terdapat kemudahan. Sebagaimana yang tergambar dalam firman Allah, “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS al-Insyirah [94]: 5-6).  

Mungkin saat ini kita termasuk orang miskin, memiliki keterbatasan fisik, berpendidikan rendah, serta sudah lanjut usia, dan memiliki hambatan lainnya. Namun, apabila kita selalu berprasangka baik kepada Allah, tentu akan selalu ada harapan untuk perubahan hidup yang lebih positif dan bahagia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement