REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada saat para imigran dan pengungsi Yahudi berdatangan ke Palestina, salah satu cara kaum Yahudi untuk bertahan hidup adalah dengan membentuk Kibbutz.
Lembaga gotong-royong Yahudi di bidang pertanian dan lain-lain ini, menjadi tempat 'transmigrasi' kaum Yahudi yang terusir dari Eropa sekaligus yang datang dari penjuru dunia.
Dari hanya menjadi kelompok tani dan serikat tolong-menolong, kini Kibbutz, yang menerapkan nilai-nilai sosialis dan zionis ini, telah berubah menjadi kawasan-kawasan industri yang menjadi tulang punggung perekonomian Israel.
Sejak tahun 2008, Kibbutz tidak saja menampung orang Yahudi tapi juga kalangan Arab. (Baca: Mantan 'Mujahidin Chechnya' Dirikan Masjid di Israel)
Dikutip dari thejc.com, warga Arab diterima pertama sekali menjadi anggota pada tahun 2008.
Amal Karmia, penduduk Arab Israel dari kampung Kalanswa, dekat Tel Aviv secara resmi menjadi anggota Kibbutz Nir Eliahu dekat Kfar Saba
Karmia yang berstatus bercerai dari suaminya tinggal bersama putrinya Aya dan anaknya Adam.
"Inilah tempat, dan orang-orang ini, dan ini gaya hidup yang sesuai dengan saya," katanya.
Gaya Kibbutz hampir mirip dengan koloni-koloni yang dibentuk para pendatang Eropa saat pertama sekali menemukan benua Amerika.
Selain sebagai tempat 'hijrah', di satu sisi koloni-koloni tersebut menjadi cikal bakal perkotaan seperti halnya Kampung Arab, Kampung Cina maupun Kampung Keling di beberapa wilayah Asia Tenggara.