Kamis 25 Sep 2014 21:40 WIB

Al-Qaeda dalam Sorotan Pemimpin Nahdliyin

Buku karya as'ad ali
Foto: PBNU
Buku karya as'ad ali

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang juga mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara As’ad Said Ali meluncurkan buku bertajuk Al-Qaeda: Tinjauan Sosial-Politik, Ideologi dan Sepak Terjangnya.

“Saya mengucapkan terimakasih kepada sahabat saya Dr. Najih Ibrahim Abdullah yang telah bersedia memberikan kata pengantar yang kiranya dapat dijadikan semacam ‘pegangan akidah’ bagi para pembaca dalam memahami dan menyikapi gerakan Al-Qaeda dan seenisnya,” kata As’ad, Kamis (24/9).

Buku ini mengungkap sejarah kemunculan Al-Qaeda, akar-akar dideologisnya, jaringannya, rentetan operasinya, serta persebarannya sampai ke Indonesia.

Peluncuran bakal diadakan Hotel Borobudur Jakarta, Jumat (26/9).  Mantan Kepala BIN AM. Hendropriyono, pengamat politik dan pengkaji Timur Tengah Fachri Ali, Rektor UIN Jakarta Qomaruddin Hidayat, Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar bakal hadir.

Meutya Hafiz, mantan jurnalis Indonesia yang pernah disandera oleh kelompok Al-Qaeda di Irak juga akan hadir dan menyampaikan testimoninya.

Syekh Najih Ibrahim Abdullah, mantan petinggi Jamaah Islamiyah Mesir juga bakal mereview buku As’ad Said terbitan LP3ES itu.

Buku setebal 438 itu diawali paparan mengenai pengalaman pribadi penulis saat bertugas di Timur Tengah pada 1982 sampai 1990. Berikutnya berisi uraian tentang ideologi kaum jihadi dan Al Qaeda.

Uraian tentang perang Afghanistan sebagai awal terbentuknya jaringan jihad internasional, dan mengenai gagasan pembentukan Al Qaeda, pola pengorganisasiannya, serta operasi-operasinya pada tahap awal bakal menyempurnakan paparannya.

As’ad dalam buku itu juga mengungkap keberadaan Jamaah Islamiyah serta hubungannya dengan Al Qaeda. Dikatakan, banyak orang salah kaprah, termasuk opini di sejumlah media, dalam memahami hubungan kedua organisasi ini.

Buku itu juga mengungkapkan jaringan operasi dan rentetan aksi teror bom yang dilakukan Al Qaeda yang meliputi wilayah yang relatif luas, yakni Indonesia dan sejumlah negara di Asia Tenggara.

Ada bab khusus yang menggambarkan mengenai operasi Al Qaeda di Asia Tenggara, dan bagaimana Asia Tenggara dijadikan pangkalan untuk menyerang sejumlah negara di kawasan lain.

Osama tewas ditembak anggota pasukan elit Navy SEAL Amerika Serikat di Pakistan, pada Mei 2011. Dengan kematiannya itu, apakah Al Qaeda ikut hancur dan mati?

As’ad Said menyoroti generasi pasca Osama dan bagaimana dinamikanya. Dikatakannya, kaum jihadi kini menemukan medan jihad baru di Syria, Iraq, dan kawasan Afrika. Bahkan telah lahir ISIS/ISIL atau The Islamic State of Iraq and the Levant.

Pada bagian akhir bukunya, As’ad mengulas faktor penyebab Al-Qaeda dan kelompok muslim garis keras lainnya melakukan perlawanan global, dan mengapa akhirnya mereka memilih cara kekerasan.

Ia juga mengajukan rekomendasi mengenai sebuah visi yang perlu dibangun untuk mengelola dan menciptakan perdamaian dunia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement