REPUBLIKA.CO.ID, REMBANG – Kepala Biro Bina Lingkungan PT Semen Indonesia Slamet Marsudiyarso mengungkapkan bahwa PT Semen Indonesia selalu berusaha menyejahterakan masyarakat khususnya di sekitar lokasi pabrik.
“Perseroan telah melaksanakan hal tersebut kepada masyarakat di sekitar lokasi pabrik milik PT Semen Indonesia, yakni PT Semen Gresik di Gresik dan Tuban (Jawa Timur), PT Semen Padang di Sumatera Barat, dan PT Semen Tonasa di Sulawesi Selatan,” kata Slamet Marsudiyarso pada acara pemberian pinjaman terhadap 60 UKM untuk dua kecamatan, yakni Bulu dan Gunem, di Gunem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Kamis (25/9).
Hal tersebut dilakukan antara lain melalui berbagai program tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR). “Program CSR PT Semen Indonesia mencakup program kemitraan dan bina lingkungan. Termasuk di dalamnya pemberian pinjaman kepada para usaha kecil menengah (UKM) di daerah tempat pabrik PT Semen Indonesia beroperasi,” ujar Slamet.
Kadep CSR Semen Indonesia Wahyudi Heru menyebutkan, selain memberi pinjaman lunak, Semen Indonesia juga memberi pendampingan, pelatihan, hingga perluasan akses pasar melalui fasilitas promosi dan pameran bagi para UKM.
"Kami berpandangan bahwa layanan modal (micro finance) harus dipadukan dengan layanan penunjang lain (micro services) seperti pendampingan, pelatihan, dan perluasan akses pasar sehingga daya saing UKM bisa terbangun di tengah semakin ketatnya kompetisi di dunia bisnis," tuturnya.
Salah satu kontribusi nyata perusahaan dalam usaha melaksanakan pembinaan terhadap mitra binaan, adalah terpilihnya salah satu mitra binaan dibidang Industri kecil dan menengah dari Presiden RI pada tahun 2010, yaitu pengusaha kecil bidang industri batik gedog “Sekar Ayu” yang juga pemenang Semen Gresik UKM Award tahun 2009.
Wahyudi berharap pembinaan terhadap pelaku UKM binaan BUMN akan meningkatkan kinerja UKM, sehingga mampu bersaing dan berprestasi, mampu bersinergi, mampu memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.
“Kehadiran UKM sering kali menjadi sabuk pengaman (safety belt) bagi perekonomian nasional dalam hal pengurangan pengangguran dan pengentasan kemiskinan,” papar Wahyudi.