REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pakar politik LIPI, Fachry Ali, memiliki pengalaman sendiri terkait kenapa Megawati tidak mau bertemu Presiden SBY.
Dalam sebuah pertemuan pada tahun 2009, Fachry sempat bertemu langsung dengan Megawati. Kemudian pakar politik LIPI ini menanyakan Mega, kenapa tidak mau bertemu SBY.
“Alah kamu tahu sendiri,” ujar Mega, sebagaimana dituturkan Fachry, dalam sebuah wawancara dengan stasiun TV swasta, di Jakarta, Ahad (5/10)
Pihaknya tidak mengerti maksud dari jawaban Mega. Masih ada misteri di balik hubungan dua petinggi politik di Indonesia ini.
Kebuntuan komunikasi antara keduanya dinilai memprihatinkan. Sebabnya, pertama, politik di Indonesia masih tertumpu pada figur besar, seperti Mega dan SBY. “Seharusnya ini tidak terjadi,” imbuhnya. Proses politik dan demokrasi seharusnya mengalir secara natural dengan melibatkan banyak orang, tanpa harus terpaku pada tokoh sentral.
Kedua, menurutnya, adalah sesuatu yang dinilainya memprihatinkan. Bagaimana tidak, kader PDIP ketika ditanyakan pertanyaan sama, bukannya mendorong kedua pihak berkonsolidasi, malah apatis. “Alah biarin aja deh nanti ketemu pas lebaran,” imbuhnya menuturkan perkataan kader PDIP.
Menurutnya hal ini sangatlah ironis. Seharusnya tidak perlu terjadi kebuntuan komunikasi antara kedua belah pihak.
SBY sendiri, dinilainya sudah bertindak benar. SBY sudah mau berkomunikasi dengan Mega. Hal itu diutarakan SBY dalam berbagai kesempatan. “Diutarakannya pun tidak malu – malu. Disampaikan dengan tegas,” imbuh Fachry.
Hal ini menandakan SBY sudah mau ‘mengalah’ untuk meminta bertemu Mega. Namun demikian, upaya SBY bertepuk sebelah tangan. Hingga kini, Mega belum juga menyatakan akan bertemu dengan SBY.